Rayuan gombal terbaru

Monday, August 9, 2010

1. Tadi malam aku kirim bidadari untuk menjaga tidurmu. Eh, dia buru-buru balik. Katanya, ‘Ah, masa bidadari disuruh jaga bidadari?’ — Hoek!

2. Kalau kamu nanya berapa kali kamu datang ke pikiranku, jujur aja, cuma sekali. abisnya, ga pergi2 sih! — Najis Loh!

3. Sempet bingung jg, kok aku bisa senyum sendiri. Baru nyadar, aku lagi mikirin kamu. — WAKS!

4. Kalau suatu saat kamu hancurkan hatiku… akan kucintai kamu dengan kepingannya yang tersisa. — Hoeeek!

5. Berusaha melupakanmu, sama sulitnya dengan mengingat seseorang yang tak pernah kukenal. — Hahaha nice one!

6. Kalau kamu ajak aku melompat bareng, aku ngga bakalan mau. Mending aku lari ke bawah, bersiap menangkapmu. — idih gepeng ntar!

7. Aku pernah jatuhkan setetes air mata di selat Sunda. Di hari aku bisa menemukannya lagi, itulah waktunya aku berhenti mencintaimu. — jitak!

8. Ga usah janjiin bintang dan bulan untuk aku, cukup janjiin kamu bakal selalu bersamaku di bawah cahayanya. — najooos..

9. Kalau kamu nanya mana yg lebih penting buat aku: hidupku atau hidupmu, aku bakal jawab hidupku. Eits, jangan marah dulu, karena kamulah hidupku. — gyahahaha sakit perut..

10. Pertama ketemu, aku takut ngomong sama kamu. Pertama ngomong sama kamu, aku takut kalau nanti suka sama kamu. Udah suka, aku makin takut kalau jatuh cinta. Setelah sekarang cinta sama kamu, aku jadi bener2 takut kehilangan kamu. Kamu emang menakutkan! — getok pake kursi neh…

11. Ketika hidup memberiku seratus alasan untuk menangis, kau datang membawa seribu alasan untuk tersenyum. — weeeekkzz

12. Jika aku bisa jadi bagian dari dirimu, aku mau jadi airmatamu, yang tersimpan di hatimu, lahir dari matamu, hidup di pipimu, dan mati di bibirmu — maksut loh?!

13. Orang bilang bulan itu indah…tapi aku bilang tidak. Orang bilang planet venus itu cantik…tapi menurut aku tidak. Aku bilang bumi itu indah dan cantik…karena ada kamu. — lempar pake bedug mesjid!

Menlu: Tidak Ada Negara Dukung Pemisahan Papua

Monday, August 2, 2010

Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengatakan, kendati ada sebagian pihak di dalam dan luar negeri yang mendukung pemisahan Papua, namun pihaknya menjamin, pemerintah negara-negara asing tetap menerima Papua sebagai bagian dari NKRI.

"Dapat saya katakan bahwa sampai saat ini tidak ada satu negara pun di dunia ini yang mendukung kemerdekaan Papua," kata Menlu Hassan, usai menghadiri pembukaan pertemuan tingkat menteri Asia-Pasifik tentang Tujuan-tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) di Balai Sidang Jakarta, Rabu.

Ia mengakui, memang ada kelompok-kelompok di Indonesia yang menginginkan kemerdekaan Papua Barat, demikian juga berbagai elemen di luar negeri, termasuk sebagian anggota parlemen, LSM dan kalangan gereja.

Namun Menlu menegaskan, Papua masih dan akan tetap menjadi bagian integral Indonesia.

"Bahwa ada pemikiran-pemikiran dari sementara pihak di dalam Papua atau suara-suara dukungan sebagian pihak di luar negeri, tidak serta merta membuat kita terlalu khawatir," katanya.

Terhadap wacana Papua-merdeka, ujarnya, Pemerintah tetap waspada dan mengadakan upaya pendekatan kepada pemerintah berbagai negara agar tidak memberikan angin kepada aspirasi seperti itu.

Sementara diplomasi dilancarkan, Hassan juga berharap agar di dalam negeri sendiri semua pihak terkait terus membangun Papua agar rakyat di tanah tersebut benar-benar dapat merasa bahwa mereka bagian dari NKRI.

Kongres AS
Sementara itu, ketika ditanya mengenai perkembangan terakhir di Kongres AS mengenai telah disetujuinya di tingkat parlemen RUU HR2601 yang memuat masalah Papua, Hassan mengatakan Indonesia akan mengadakan pendekatan kepada pemerintah dan Senat AS agar tidak menjadikan RUU itu menjadi UU.

Menurut salah satu pasal dalam RUU tersebut, Menteri Luar Negeri AS Condoleeza Rice dan jajaran Deplu-AS diharus memberikan laporan mengenai efektivitas pelaksanaan otonomi khusus di Papua. RUU itu juga mempertanyakan keabsahan penentuan pendapat rakyat (Pepera) tahun 1969 di tanah Cendrawasih.

Mengenai sikap pemerintah AS, Hassan mengatakan Washington selama ini jelas mendukung keutuhan wilayah RI.

Posisi AS itu, katanya, sangat jelas tercermin antara lain dari dua kali kunjungan Presiden RI ke Washington, yaitu Megawati Soekarnoputri pada 18-19 September 2001 dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono baru-baru ini.

Menlu mengungkapkan, pihaknya pada Rabu sore (3/8) akan bertemu dengan anggota Kongres AS yang sedang berkunjung ke Jakarta dan pertemuan itu akan dimanfaatkannya untuk menjelaskan mengenai Papua.

Tidak hanya itu, sejumlah anggota Kongres AS juga akan melakukan pertemuan dan jajaran Badan Intelijen Negara (BIN) besok (Kamis, 4/8), yang menurut Menlu adalah kunjungan anggota Kongres secara berkala ke Indonesia.

"Kunjungan anggota kongres setiap tahun kita terima, baik anggota Kongresnya sendiri atau senator atau staf Kongres. Ini adalah bagian dari upaya kita melakukan dialog, untuk meyakinkan mereka bahwa apa yang mereka dengar dari jauh tidak selalu dalam kenyataannya demikian," katanya. [TMA, Ant]

dikutip : http://www.gatra.com/artikel.php?id=86986

BOCORAN DOKUMEN RAHASIA NEGARA REPOBLIK (DOKUMEN RAHASIA INTELIJEN NEGARA)

BOCORAN DOKUMEN RAHASIA NEGARA REPOBLIK

(DOKUMEN RAHASIA INTELIJEN NEGARA)

BAB. 5 SEPARATISME NKRI TERHADAP PAPUA /OPM-ACHE/GAM- MALUKU/RMS

LAKUKANLAH SUATU KELAKUAN DAN TINDAKAN YANG TERPUJI DI MATA TUHAN ALLAH ALAM RAYA SEMESTA DAN IA AKAN MENURUTI-MU DAN MENDENGARKAN-MU.

BERBAHAGIALAH ANDA YANG MEMBELA KEBENARAN DIHADAPAN TUHAN ALLAH ALAM RAYA SEMESTA DENGAN TARUHAN NYAWA UNTUK MEMBELAH RAKYATNYA TANPAH NODA DAN CELAH DARI PADANYA AKAN DIBERIKAN SEGALAH KEPERCAYAAN DAN KEBENARANG SERTA KEPEMIMPINAN BAGI DUNIA KETIKA. AMIN.

BERANI MEMBELA KEBENARAN ITU BAIK.
DAN LAKUKANLAH PERLAWANAN SEMENJAK KINI.
PAPUA PUNYA HAK UNTUK “M”



* Dokumen Negara Repoblik Indonesia ini kami paparkan untuk mengetahui kerja kerja intelijen Negara terhadap upaya mematikan perlawanan dan pergerakan kemerdekaan bagi bangsa papua barat, yang disengaja dilakukan oleh pemerintahan nkri-militer nkri (TNI-POLRI-INTELIJEN) untuk memberantas ras Melanesia bangsa papua barat, yang semakin hari semakin hilang identitas keaslian kepapuaan yang berkulit hitam/berambut kriting/berwatak keras dan kasar dipangkuan nkri selama kurung waktu 40 tahun lebih, yang lebih membahayakan lagi adalah papua dan generasi penerus kedepan, masa depan anda dan saya adalah masa depan yang sangat berbahaya sebagai suatu bangsa berras Melanesia , yang berkulit hitam, diantara bangsa –bangsa tak beradap, suatu rumpung manusia yang mempunyai rasa kemanusiaan terhadap bangsa lainya lebih tipis dan dangkal sebagai suatu manusia hasil ciptaan tuhan yang maha esa. Suatu kebenaran bagi bangsa lain yang mempunyai suatu hak untuk merdeka adalah suatu permainan bola, dll, bagi NKRI yang berrumpung Malayo.



* Nanti kawan-kawan yang tetap memperjuangkan suatu kemerdekaan bagi Bangsa dan Negara Papua barat lihat saja, siapa-siapa yang mengera dan berlutut terhadap NKRI adalah mereka yang masuk tergolong dalam penghianatan terhadap jatidiri dan kebenaran yang sebenarnya hanya karena uang, jabatan dan gengsi, serta dll. Baik itu dalam negeri maupun luar negeri.



* YANG TERTERAH DIBAWAH INI ADALAH SUATU PEKERJAAN BONEKA, YANG TIDAK TAHU MENAHU TENTANG ARTI DAN MAKNA DEMOKRASI SESUNGGUHYA. YANG MEREKA TAU DAN KANTONGI ADALAH DEMOKRASI SEMPIT ALA NASIONALISME NKRI. BUKAN DEMOKRASI GLOBAL/UNIVERSAL, ARTINYA BAHWA NEGARA INDONESIA ADALAH SUATU NEGARA JAMAN KUNO/PRIMITIF PEWARIS KERJA KEKERASAN KEJAHATAN KEMANUSIAAN, PENINDAS, PERAMPOK, PENJAJAH YANG MASIH ULET DAN TETAP BEROTAK MASA PERANG DUNIA DUA SAMPAI SAAT INI.

* MEREKA ITU MASUK DALAM GOLONGAN PEMERINTAHAN DAN MANUSIA BIADAB, MANUSIA AMORAL, MANUSIA ASUSILA, DLL.

* JADI DISINI PANCASILA ITU MEREKA ARTIKAN DALAM KETIDAK BENARAN DAN KEPALSUAN, MANIPULASI, OTONOM. YANG MEREKA ARTIKAN PANCASILA ADALAH : 01. PANCASILA 1 KEHUTANAN MANUSIA; PANCASILA 2 PERPISAHAN BAGI NEGARA KESATUAN REPOBLIK INDONESIA.; PANCASILA 3 KEMANUSIAANYA BIADAB DAN AMORAL; PANCASILA 4 KETIDAK ADILAN SOSIAL EKONOMI , MENINDAS . MENJAJAH.; 05. MERAMPOK, DAN MEMBERONTAK SERTA MENGHAPUS BANGSA DAN NEGARA PAPUA BARAT.KEMERDEKAAN BAGI SEGALAH BANGSANYA TIDAK DIJAMIN. (JADI ITULAH ARTI KATA SILA PANCASILA BAGI NKRI SAAT INI YANG SEBENARNYA) MARI KITA MERDEKAKAN PAPUA BARAT DAN MEMISAH –MISAHKAN NKRI.

* JADI ANGGAP SAJA DIBAWAH INI SUATU PEKERJAAN BONEKA YANG SENGAJA MENCARI KESEMPATAN KARENA KEPARAT.



INI TIPU JANGAN PERCAYA SUATU NEGARA BONEKA DIA TIDAK AKAN MENGERTI TENTANG KEBENARAN SUATU BANGSA



JADI DEMOKRASI YANG SEBENARNYA ADALAH : ……………………..? (MASIH TANDA TANYA) (KARENA IA BONEKA)



JADI SETIAP ORANG YANG AKAN BERBICARA TENTANG KEBENARAN DAN DEMOKRASI IA AKAN ANGGAP SEBAGAI MUSUH-NYA, MANGSA-NYA YANG HARUS DI TINDAS/DIBUNUH.





BAB 5



PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

Sebagai bagian dari agenda untuk mewujudkan kondisi aman dan damai, upaya secara komprehensif mengatasi dan menyelesaikan permasalahan separatisme yang telah menjadi keprihatinan nasional dan internasional senantiasa terus dilakukan. Upaya tersebut menjadi sangat penting tatkala keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik menjadi sebuah harga yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Proses pemilihan kepala daerah di Provinsi NAD yang dapat berlangsung secara aman, damai, dan demokratis mengindikasikan bahwa pada prinsipnya konflik separatisme di Aceh sudah berakhir.

Pelaksanaan butir-butir kesepahaman Helsinki secara konsisten menjadikan seluruh komponen masyarakat termasuk tokoh-tokoh yang selama ini memiliki idiologi yang berbeda, saling bahu membahu membangun daerah Aceh dalam bingkai Negara Kesatuan Republik . Keleluasaan pemerintah daerah mengelola wilayahnya sendiri, keberhasilan rehabilitasi dan rekonstruksi setelah bencana Tsunami Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, serta proses reintegrasi yang sedang berlangsung, turut mendukung penciptaan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat Aceh.

Selanjutnya adanya berbagai gangguan keamanan dan ketertiban di wilayah Aceh, akan ditangani sebagai tindak kriminal biasa sebagaimana penanganan di wilayah lain .

INI TIPU JANGAN PERCAYASementara itu, penyelesaian kasus separatisme di Papua secara simultan terus dilakukan dengan intensif dan dilakukan dengan mengupayakan penyelesaian secara komprehensif. Upaya itu telah menunjukkan keberhasilan dengan indikator semakin menurunnya intensitas perlawanan gerakan bersenjata. Namun, kondisi sosial masyarakat dan masih kuatnya dukungan sebagian kelompok masyarakat terhadap perjuangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) perlu diwaspadai dengan baik. Selanjutnya, upaya diplomasi internasional sedikit banyak mampu mengubah persepsi asing yang semula mendukung gerakan separatisme Papua menjadi mendukung Papua sebagai bagian NKRI sebagaimana dilakukan oleh Anggota Konggres AS, Eni Faleomavaega. Dukungan itu dapat dijadikan penyemangat pemerintah yang selama ini secara terus menerus didera oleh keterlibatan asing yang menginginkan Papua lepas dari NKRI.

I. Permasalahan yang Dihadapi

Konflik bersenjata antara kelompok masyarakat sipil bersenjata dan aparat keamanan saat ini secara signifikan sudah mereda. Kondisi ini turut mendukung upaya pemerintah untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. Aktivitas kepemerintahan dan masyarakat dapat berjalan dengan tenang dan dinamis.

Di Provinsi Aceh penetapan Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) sebagai salah satu hasil kesepahaman Helsinki menjadikan iklim politik di NAD dapat berjalan dalam suasana demokratis. Proses pemilihan kepala daerah pada akhir tahun 2006 yang aman dan damai mengindikasikan bahwa masyarakat NAD secara keseluruhan tidak berada dalam kondisi tertekan oleh suatu kelompok. Kemenangan yang sebagian besar diperoleh tokoh-tokoh yang selama ini memiliki idiologi yang berbeda, bukan hal yang perlu dipersoalkan selama komitmen terhadap NKRI tetap terjaga.

Walaupun demikian, hal yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua pihak yang ada di NAD adalah bagaimana secara konsisten tetap mematuhi kesepahaman Helsinki tanpa harus memberikan persepsi-persepsi yang keliru yang menjurus pada gagalnya kesepahaman tersebut. Demikian juga dalam hal pembentukan partai lokal yang sesuai dengan konstitusi yang diperbolehkan secara khusus di NAD diharapkan tidak menciptakan visi dan misi partai yang mengarah pada idiologi separatisme maupun pengabaian kesepahaman Helsinki .

Sementara itu, tidak dapat dipungkiri bahwa insiden Konggres Masyarakat Adat Papua yang berlangsung pada 3 Juli 2007 merupakan permasalahan separatisme yang memerlukan perhatian lebih serius bagi upaya menjaga dan menegakkan kedaulatan NKRI.

Pemberian Otonomi Khusus Papua ternyata belum mampu meredam keinginan sekelompok masyarakat untuk memperjuangkan kemerdekaan Papua. Berbagai aktivitas OPM, baik yang dilaksanakan secara fisik maupun politik sedikit banyak mampu menarik simpati internasional. Oleh karena itu, upaya memperkuat sistem intelijen dan diplomasi luar negeri diperlukan untuk meng-counter aktivitas propaganda negatif OPM di luar negeri.

Selanjutnya terkait dengan aktivitas separatisme Republik Maluku Selatan (RMS), pemerintah harus menyadari bahwa kondisi laten yang selama ini kurang diperhatikan ternyata sewaktu-waktu bisa muncul ke permukaan. Meskipun tanpa melakukan perlawanan fisik bersenjata, pemunculan kelompok separatis pada acara Hari Keluarga Nasional ke XIV yang diselenggarakan di Kota Ambon pada tanggal 29 Juni 2007, menjadi pukulan yang serius bagi upaya menyelesaikan permasalahan separatisme di Maluku.

Berkenaan dengan berbagai hal tersebut, pada masa yang akan datang aksi sekecil apa pun diharapkan perlu ditangani secara bijak tanpa harus mengedepankan tindakan represif.

INI TIPU JANGAN PERCAYA

II. Langkah Kebijakan dan Hasil- yang Dicapai

A. Langkah Kebijakan

Langkah kebijakan yang ditempuh dalam upaya pencegahan dan penanggulangan separatisme adalah sebagai berikut:

1. penguatan koordinasi dan kerja sama di antara lembaga pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan separtisme;

2. peningkatan kesejahteraan masyarakat Aceh melalui perbaikan akses masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi dan politik tanpa diskriminasi;

3. pelaksanaan pendidikan politik dan bela negara secara formal, informal, dialogis, serta melalui media massa dalam rangka meningkatkan rasa saling percaya dan menumbuhkan kecintaan terhadap NKRI;

4. peningkatan upaya diplomasi luar negeri dalam rangka kontra diplomasi OPM dan RMS di dalam dan di luar negeri;

5. pengefektifan upaya deteksi secara dini (early warning system) dan pencegahan awal potensi konflik dan separatisme.

B. Hasil yang Dicapai Berkaitan dengan persoalan Aceh pasca kesepahaman Helsinki , kebijakan yang ditempuh adalah memfokuskan pelaksanakan kesepakatan yang dicapai dalam kesepahaman Helsinki sehingga penyelesaian masalah Aceh tetap dalam kerangka NKRI.

Beberapa kebijakan kesepahaman Helsinki yang telah berhasil dilaksanakan antara lain pemberian amnesti umum dan abolisi kepada setiap orang yang terlibat GAM. Pelucutan senjata GAM sebagaimana yang tertuang di dalam kesepahaman Helsinki telah selesai dilaksanakan. Pemerintah telah melakukan realokasi TNI dan Polri. Pemberian jaminan hidup telah diberikan kepada 3.000 orang yang terlibat GAM daIam waktu 3 bulan.

Pemerintah secara intens juga berupaya menciptakan suasana kondusif dengan mengeleminir potensi-potensi kerawanan, khususnya aksi kriminal penggunaan senjata api. Aparat keamanan terkait berupaya terus memburu keberadaan senjata ilegal guna menghindari munculnya gangguan keamanan yang berpotensi menggagalkan upaya perdamaian. Hasil nyata yang dirasakan adalah Pilkada di NAD dapat berlangsung dengan lancar dan aman, meskipun masih diwarnai adanya intimidasi. Keberhasilan dalam Pilkada di NAD, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan citra di dunia internasional, terutama menyangkut upaya menciptakan perdamaian dan peningkatan demokratisasi.

INI TIPU JANGAN PERCAYADemikian pula dalam menyikapi pembentukan partai lokal di NAD, pemerintah berhasil melakukan dialog dengan para pemrakarsa untuk menunda penamaan dan pemakaian simbol atau bendera sampai ada ketetapan hukum yang sah.

Terkait dengan permasalahan separatis di Papua, pemerintah berupaya menempuh langkah strategis, baik melalui lobi-lobi internasional maupun pendekatan dengan pemangku kepentingan (stake holder) di Papua. Di samping itu, pemerintah juga melakukan counter propaganda guna meluruskan dan meletakkan permasalahan Papua secara jernih dan objektif serta dapat dimengerti masyarakat internasional bahwa penyelesaian masalah Papua melalui Otonomi Khusus dalam kerangka NKRI merupakan solusi terbaik. Dalam hal ini, pemerintah memanfaatkan momentum penyelenggaraan konferensi Inter Parliamentary Union (IPU) untuk menemui delegasi parlemen , Belanda, dan Inggris guna memberikan informasi yang sebenarnya mengenai perkembangan di Papua.

Selain itu, pemerintah juga melakukan counter propaganda ke beberapa negara Eropa lainnya dalam rangka menangkal isu-isu negatif yang menjadi persepsi internasional selama ini dan sekaligus mempresentasikan perkembangan positif mengenai perkembangan di Papua seperti implementasi otonomi khusus, community development, keberhasilan pilkada, dan Inpres percepatan pembangunan. Hal ini telah berhasil mengubah pandangan sejumlah anggota parlemen negara-negara Barat, khusunya Amerika Serikat yang selama ini selalu mendiskreditkan Pemerintah dan cenderung mendukung gerakan separatis Papua.

Untuk mempercepat pembangunan di Papua, telah ditetapkan kebijakan New Deal Policy for Papua dengan memprioritaskan pemantapan ketahanan pangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, peningkatan akses masyarakat pada pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, kebijakan perlakuan khusus bagi putra-putri asli Papua, serta peningkatan infrastruktur dasar untuk pengembangan wilayah-wilayah potensial. Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, saat ini telah dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan di Papua.

Sementara itu, dalam menangani insiden pengibaran bendera RMS oleh penari Cakalele di hadapan Presiden pada acara Hari Keluarga Nasional ke XIV di Kota Ambon pada tanggal 29 Juni 2007, secara cermat dan tegas pemerintah telah menangkap para pelaku disertai dengan penyidikan untuk mengungkap latar belakang ataupun keterlibatan dan pertanggungjawaban pihak-pihak terkait, terutama dari unsur TNI dan Polri.

III. Tindak Lanjut yang Diperlukan

Dalam rangka meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai serta mengatasi permasalahan yang dihadapi, diperlukan tindak lanjut terhadap pelaksanaan program pemerintah yaitu pengembangan ketahanan nasional;

pengembangan penyelidikan;

pengamanan dan penggalangan keamanan negara;

INI TIPU JANGAN PERCAYApenegakan kedaulatan dan penjagaan keutuhan wilayah NKRI;

pemantapan keamanan dalam negeri;

peningkatan komitmen persatuan dan kesatuan nasional;

serta peningkatan kualitas pelayanan informasi publik guna lebih mengefektifkan upaya penyelesaian pencegahan dan penanggulangan separatisme di .

Upaya pengembangan ketahanan nasional perlu ditindaklanjuti dengan :

(a) penyelenggaraan kajian kebijakan ketahanan nasional dalam rangka mewujudkan tujuan, kepentingan nasional, dan keselamatan negara dari ancaman terhadap kedaulatan, persatuan, dan kesatuan;

(b) pengembangan otomasi sistem dalam pemantapan nilai-nilai kebangsaan (pembangunan laboratorium pengembangan ketahanan nasional); dan

(c) pendidikan strategis ketahanan nasional dalam rangka peningkatan kualitas kader pemimpin nasional.

Adapun tindak lanjut yang diperlukan dalam pengembangan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan keamanan negara adalah:

(a) pengembangan intelijen negara yang didukung intelijen teritorial dan intelijen sektoral/fungsional agar mampu melakukan deteksi dini terhadap gerakan separatism dan penanggulangan perang urat syaraf dari berbagai anasir separatisme yang sudah memasuki berbagai aspek kehidupan (melalui counter opinion, peperangan informasi, dan pengawasan wilayah);

(b) koordinasi seluruh badan intelijen pusat dan daerah di seluruh wilayah NKRI dalam hal mencegah dan menanggulangi separatisme; dan

(c) pengkajian analisis intelijen perkembangan lingkungan strategis, pengolahan dan penyusunan produk intelijen dalam hal deteksi dini untuk mencegah dan menanggulangi separatisme.

Dalam penegakan kedaulatan dan penjagaan keutuhan wilayah NKRI, tindak lanjut yang diperlukan adalah :

INI TIPU JANGAN PERCAYA(a) antisipasi dan pelaksanaan operasi militer atau nonmiliter terhadap gerakan separatis yang berusaha memisahkan diri dari NKRI, terutama gerakan separatisme bersenjata yang mengancam kedaulatan dan keutuhan wilayah ;

(b) antisipasi dan pelaksanaan operasi militer atau nonmiliter terhadap aksi radikal yang berlatar belakang primordial etnis, ras, agama, dan ideologi di luar Pancasila, baik berdiri sendiri maupun memiliki keterkaitan dengan kekuatan- kekuatan di luar negeri; dan

(c) pelaksanaan diplomasi untuk memperoleh dukungan internasional terhadap keutuhan wilayah dan kedaulatan NKRI.

Selanjutnya tindak lanjut yang diperlukan dalam pemantapan keamanan dalam negeri adalah melakukan operasi keamanan dan penegakan hukum dalam hal penindakan awal separatisme di

wilayah kedaulatan NKRI.

Dalam peningkatan komitmen persatuan dan kesatuan nasional, tindak lanjut yang diperlukan adalah :

(a) kegiatan dan operasi intelijen penanggulangan separatisme;

(b) sosialisasi wawasan kebangsaan;

(c) pelaksanaan dan pengembangan sistem kewaspadaan dini sosial di Papua; dan

(d) fasilitasi koordinasi dan komunikasi berbagai pihak dalam penanganan konflik.

Sementara itu, penegakan hukum serta penyelesaian pelanggaran HAM, pengabaian hak-hak dasar penduduk asli Papua, dan adanya perbedaan pendapat mengenai sejarah penyatuan Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu diselesaikan dengan segera.

Kekecewaan masyarakat Papua dan masyarakat lainnya yang ada di perlu diobati dengan kebijakan yang menyentuh akar permasalahan dan sebanyak mungkin mengakomodasi aspirasi yang berkembang pada masyarakat Papua.

Akhirnya, untuk meingkatkan kualitas pelayanan informasi publik, tindak lanjut yang diperlukan adalah menyosialisasikan nilai-nilai wawasan kebangsaan melalui berbagai media.

ORANG PAPUA HARUS PAHAMI DAN TELAA INI.
ANDA DAN SAYA PUNYA HAK UNTUK MERDEKA.



* KAMU TAU DALAM PEMBAHASAN DIATAS KENAPA MEREKA TIDAK SINGGUNG/MASUKAN TERHADAP SEPARATISME TIMOR LESTE DAN KOSOVO………………….? KARENA SUATU BANGSA PUNYA HAK UNTUK MENENTUKAN MASA DEPAN HIDUPNYA, UNTUK MERDEKA DAN BERDAULAT PENUH! DAN JANGAN PERCAJA PROPAGANDA ISSU DAN PENDIDIKAN POLITIK BONEKA NKRI INI.






dikutip:http: http://bocorandokumenrahasianegara.blog.dada.net/post/815237/BOCORAN-DOKUMEN-RAHASIA-NEGARA-REPOBLIK-INDONESIA

Kata-Kata Mutiara di Naruto

Friday, July 23, 2010

1. “Kalau mau saling mengerti, lakukan saja setelah membuat lawan mengalami hal yang sama” (Yahiko, chapter 372)

2. “Aku hanya ingin melindungi mereka, walau harus menjalani penderitaan seperti apapun” (Nagato, chapter 373)

3. “Penderitaan membuatku semakin kuat dan berkembang” (Pain, chapter 474)

4. “Shinobi yang melanggar aturan memang disebut sampah, tetapi shinobi yang meninggalkan sahabatnya lebih rendah dari sampah” (Uchiha Obito)

5. “Aku tak akan menarik kembali kata-kataku, karena itulah jalan ninjaku” (Uzumaki Naruto)

6. “Selemah apapun musuhku, aku tidak akan meremehkan mereka” (Aburame Shino)

7. “Kau lemah, kenapa kau lemah??? Soalnya kurang sesuatu, yaitu kebencian” (Uchiha Itachi)

8. “Seni itu adalah sesuatu yang rapuh, yang menghilang dalam sekejap” (Deidara)

9. “Aku tersesat di jalan yang bernama kehidupan” (Hatake Kakashi)

10. “Sepertinya aku harus meninggalkan Konoha demi menyelamatkan Konoha” (Jiraiya)

11. “Manusia tak kan pernah bisa menang dari rasa kesepian” (Gaara)

12. “Yang diperlukan oleh Shinobi bukan jumlah jutsu yang dapat dikuasainya, tetapi yang diperlukan Shinobi adalah tekad pantang menyerah” (Jiraiya)

13. “A loser is a loser” (Neji Hyuuga)

14. “Kemampuan individu seorang ninja memang penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah kerjasama tim” (Hatake Kakashi)

15. “Kalau tanganku patah, akan ku tendang dengan kakiku ini. Kalau kakiku patah, akan ku gigit dengan gigiku ini. Kalau gigiku dihancurkan juga, akan ku lihat dengan dengan tatapan penuh kebencian. Dan kalau mataku dihancurkan juga, akan ku gunakan kutukan untuk melawannya, aku pasti akan mengembalikan Sasuke” (Uzumaki Naruto)

16. “Shinobi bukan dilihat dari cara hidupnya, tetapi bagaimana ia mati” & “Kehidupan Shinobi dinilai bukan dari bagaimana menjalaninya, tetapi dari apa yang sudah dilakukannya” (Jiraiya)

17. “Semua orang hidup terikat dan bergantung pada pengetahuan atau persepsinya sendiri, itu disebut kenyataan. Tetapi pengetahuan atau persepsi itu sesuatu yang samar. Bisa saja kenyataan itu hanya ilusi, semua orang hidup dalam asumsi” (Uchiha Itachi)

18. “Masa depanmu adalah kematian” (Hatake Kakashi)

19. “Kau gagal tetapi masih bisa mampu bangkit kembali, karena itu menurutku arti dari kuat yang sebenarnya” (Hinata Hyuuga)

20. “Aku akan menolongnya meski harus mengorbankan nyawa karena dia adalah temanku” (Shikamaru Naara)


21."Ninja Yang Paling Buruk adalah Ninja Pengkhianat Desa... Ninja Yang Lebih Buruk Dari Ninja Pengkhianat Desa Adalah Ninja Yang Membiarkan Temannya Dalam Bahaya....!!!" (Kakashi Hatake)


22.".. seperti apapun juga.. aku akan terus melangkah dan melangkah untuk menolong sasuke, walau harus mempertaruhkan nyawa seperti apapun.."( Naruto Uzumaki)

23."jangan tarik kata katamu..sekalipun itu akan membawamu kepada kehancuran..karena kau laki laki,,dan itu adalah jalan ninjamu..(uzumaki naruto)

24."Kau adalah anaku, dan dengan kekuatan Kyuubi kau akan membangun kembali Konoha!"
( Minato Namikaze)

25."aku ini tidak punya orang tua, aku selalu mrasa sendiri
sluruh orang didesaku memandangku dengan tatapan kebencian, mereka menganggapku monster, sampai-sampai keberadaanku pun tidak mereka hargai, tetapi ada satu orang yang mengakui keberadaanku, ia adalah orang yang pertama kali mengakui kalau aku ini ada, dan selamanya takkan ku biarkan ia pergi, ia adalah sasuke
, sasuke adalah teman terbaikku" (Uzumaki Naruto)

26. "aku lebih menyayangi sasuke sebagai temannya, melebihi kau yang saudaranya sendiri" (Uzumaki Naruto)

27. "Tanpa arah dan tujuan, tidak ada gunanya seorang ninja hidup di dunia ini" (Guy Maito)

28. "kalau rasa keadilanmu menurun berarti kau melemah, dibawah rasa keadilan tidak ada kelemahan apapun!" (Kakashi Hatake)

29. "Kegagalan juga menyenangkan, hidup dengan kepercayaan bahwa cobaan itu berguna untuk menempa diri sendiri" (Jiraiya)

30. "I used to cry and give up,, I nearly went to the wrong way but you.. you always show me the right way. I always chasing you... wanting to overtake you.. I just wanna talk with you.. I wanted to be with you.. you changed me.. your smile saved me"
so I'm not afraid to die protecting you.......... Because "I LOVE YOU" (Hinata Hyuuga)

31. "Seseorang akan menjadi kuat apabila melindungi seseorang yang dicintainya" (Haku)

32."Aku hanya ingin hidup seperti awan. Bebas, dan tenang. Ketika aku tua nanti, aku mempunyai seorang istri dan mempunyai 2 anak, satu laki-laki dan satu perempuan, lalu aku meninggal duluan, dan begitulah kehidupanku berlangsung. Sayangnya semua tidak semudah itu, merepotkan sekali!" (Shikamaru Nara)

33. "Aku sekarang bisa melihat segala sesuatu yang tidak bisa kulihat sewaktu aku masih menjadi manusia" (Pain)

34. "Jalan hidup seorang murid adalah warisan dan estimasi dari sang guru" (jiraiya)

35. "Saat kau mengenal kasih sayang , kau juga menanggung resiko kebencian" (Itachi Uchiha)

36. "Keberuntungan juga merupakan kekuatanmu" (Guy Maito)

37. "Sudah kubilang, aku ya aku, kamu ya kamu, soal siapa yang lebih hebat itu cerita yang membosankan" (Shikamaru Nara)

38. "Kau adalah jenius dalam kerja keras (Guy Maito to Rock Lee)

39. "Someone who don't know pain will not know how true peace is like" (Pain)

40. "Memanjakan dan mengasihani itu berbeda" (Yamato)

41. "Jutsu is not the only weapon, I tell you that!" (Shikamaru Nara)

42. "When people get hurt, they learn to hate" (Jiraiya)

43. "Daripada suapan terakhir makanan selezat apapun atau diejek gendut, aku lebih tidak bisa memaafkanmu kalau kau menghina sahabatku !!!!!" (Chouji Akimichi)

44. "Seni itu abadi dan akan selalu dikenang" (Sasori)

45. "Aku tidak suka dengan orang yang membohongi dirinya sendiri ditengah turunnya salju" (Uzumaki Naruto)

46. "Tidak Semua Mimpi dan harapan akan terwujud sesuai dengan keinginan kita" (Orochimaru)

47. "Untuk mencapai tujuan akhirmu, kamu harus bersabar" (Tobi)

48. "Ular yang melata di tanah bermimpi terbang di angkasa itu hal yang mustahil. Kau yang ingin melakukan sesuatu dan mengincar anak ayam di sarang, malah berbalik diincar oleh mata rajawali yang terbang tinggi di langit" (Sasuke Uchiha to Orochimaru)

49. "Keadilanmu adalah membunuhku dan akatsuki, keadilanku adalah balas dendam terhadap konoha, semua ada latar belakang yang benar, lalu apakah kau dapat menjawab apa itu keadilan?" (Pain to Naruto)

50. "Renge (teratai) konoha bersemi dua kali, saat kita bertemu lagi nanti aku berjanji akan menjadi orang yg lebih kuat" (Rock Lee to Sakura)

Quote:
Spoiler for Kata-Kata Mutiara di Naruto:

51. "Kalau kau yakin dengan takdirmu, maka sejak awal seharusnya kau tidak mengikuti pertarungan ini!!!" (Naruto to Neji)

52. "Seseorang yang gagal menolong temannya tidak pantas menjadi hokage.." (Uzumaki Naruto)

53. "I never go back on my own words" (Uzumaki Naruto)

54. "Anak-anak yang mulai sekarang akan mengemban Konoha, itulah raja Konoha" (Shikamaru Nara & Asuma Sarutobi)

55. "Jika kamu percaya dengan impianmu aku akan membuktikan padamu bahwa kamu bisa meraih impianmu hanya dengan bekerja keras" (Rock Lee)

56. "Kalau itu artinya cerdas... bodoh selamanya pun aku tak keberatan" (Uzumaki Naruto)
Spoiler for Penjelasan bagi yang nggak ngikutin Naruto:
Yang diucapin Naruto ke gurunya Jiraiya, waktu Jiraya bilang kalo dia pengen nerusin nyelametin temannya sekaligus sahabatnya, Sasuke mengindikasikan dia itu bodoh


57."Untuk mendapatkan sesuatu, kau harus rela mengorbankan sesuatu yg lain (Tayuya)

58. "If there's such a thing as peace,i will find it. I won't give up! (Nagato)

59. "Aku harus percaya pada diriku sendiri, percaya bahwa aku adalah orang yang mereka percaya" (Uzumaki Naruto, chapter 495)

60. "ART IS A BLAST !!!" (Deidara)

61. "Berbeda denganmu, jabatan hokage pasti akan kudapatkan, karena menjadi hokage adalah cita-citaku" (Uzumaki Naruto)

62. Zabuza: "Tidak ada orang yang mampu mengalahkanku"
Naruto: "Catat aku sebagai orang pertama yang melakukannya"

63. "Menunggu dan membuat orang lain menunggu adalah hal yg kubenci" (Sasori)

64. "Lelaki manjadi semakin kuat saat ditolak.." (Jiraiya)

65. "There is a time when a guy must take a difficult decision" (Uchiha Itachi)

66. "Jika kau menungguku untuk menyerah, kau akan menungguku selamanya" (Naruto Uzumaki)

67. "Takdir setiap manusia memang telah ditentukan sejak mereka lahir, tetapi dengan kerja keras kita dapat mengalahkan takdir" (Naruto Uzumaki)

68. "Kau adalah daun yang bermandikan sinar matahari, aku adalah akar yang tumbuh dan membusuk di kegelapan" (Danzo)

69. "Faith is better than any plan" (Nagato To Jiraiya)

70. "Sampai matipun aku akan mengejar cita-citaku" (Naruto Uzumaki)

71. "Parents do believe in their children (Minato to Naruto inside Naruto)

72. "It's ok, after all, I'm the fourth son (Naruto to Minato inside Naruto)

73. Kushina : "What is the product of Konoha Yellow Flash and Red Habanero?"
Naruto : "Konoha Orange Hokage"

74. "If you want to kill me, curse me, hate me, live your ugly life, run and run, cling to your life" (Uchiha Itachi)

75."Semua yang memiliki bentuk, suatu saat akan membusuk" (Orochimaru)

76. "Suatu saat nanti kita juga harus menjadi orang yang dipercayakan, bukan lagi orang yang mempercayakan, kalau mau jadi shinobi keren seperti Guru Asuma atau Guru Kakashi" (Shikamaru Nara)

77. "Dia memang jelmaan rubah ekor sembilan,tapi kau harus ingat..dia berbeda dengan muridku yg lain,dia adalah murid kesayanganku" (Iruka Umino to Mizuki)

78. "If you're shinobi, then fight with knowledge of your surroundings" ( Shikamaru Nara)

79. "An expert with stone, can beat a novice with a shuriken (Sasuke Uchiha)

80. "Aku akan melepaskan kutukan itu, kalau memang ada kedamaian, aku akan menemukannya, aku tak akan menyerah" (Naruto Uzumaki)

81. "Ninja itu harus mampu melihat yang terdalam dari yang terdalam" (Kakashi Hatake)

82. "Now there's something I understand a little better. Hate, sadness, even joy. to be able to share it with another person...Naruto Uzumaki from fighting him i learned that. he knew pain like i did and then he taught me that you can change your path. I wish that one day i can be needed by someone. Not as a frightening weapon...But as the sand's Kazekage...(Gaara)

83. "Kalian hanya hidup sekali. Jalani kehidupan dan matilah dengan jalan kehidupan yang kalian inginkan.Tapi apapun jalan yg kalian pilih, jangan lupa untuk melindungi orang yg berharga dalam hidup kalian" (Minato Namikaze)

84. "The power to believe in yourself... That becomes the power that changes destiny" (Genma Shiranui)

85. "When captured birds grow wiser, they try to open the cage with their beaks. They don't give up, because they want to fly again" (Genma Shiranui/wasit Naruto-Neji)

86. "There is no point in training hard if you do not believe in yourself" (Gai Maito)

87. "You only live once! You need not choose an impossible path. You may live as you like, die as you like... Just... no matter what path you choose... never forget to protect those who are precious to you!" (Sarutobi Hiruzen/Sandaime)

88. "Protect whatever is important to you with these two arms, no matter how tough or sad it is, even if it costs you your life" (Kaiza-Fisherman at Land of Waves)

89. "Love breeds hatred" (Madara Uchiha)

90. "Ada satu hal yang pasti dan telah dibuktikan oleh sejarah.... bahwa manusia adalah makhluk yang sampai kapanpun tidak akan bisa saling memahami..." (Pain)


di kutip dari (www.unic77.tk) : http://unic77.blogspot.com/2010/07/kata-kata-mutiara-di-naruto.html#ixzz0uWI9cCqG

rumah masa depan yang di jual murah [LIMITED EDITION]

25 KEJADIAN PALING KONYOL DI DUNIA

Tuesday, July 20, 2010

Pernahkah kamu berbuat konyol?? Seberapa konyol kelakuan mu??.
Nah loh... artikel ini membahas tentang kekonyolan yang mungkin akan membuat mu tertawa terpingkal - pingkal. Lucunya di sini yang berbuat konyol itu masih bisa disebut waras atau tidak yah?? Silahkan di nikmati^^...


1. Seorang wanita dari tenesse yg kesal setelah karena melihat suaminya tertidur dengan rokok ditangannya masih menyala sehingga melubangi kasurnya. Ternyata ia meninggalkan sebatang rokok masih menyala di tempat yg sama. Akhirnya, untuk MEMBERITAHUKAN PADA SUAMINYA APA AKIBATNYA BILA TERTIDUR DI KASUR DENGAN ROKOK YG MASIH MENYALA… alhasil… rumahnya habis dibakar sendiri …Bu rumah yang di sono belum tuh wkwkwk.... Ada2 aja..


2. Remo Jalosjos, seorang anggota kongres di Filipina divonis 173 tahun penjara atas tuduhan pemerkosaan berulang pada seorang anak berusia 11 tahun. Seperti apa hidupnya dipenjara?, ternyata ia punya beberapa kamar sendiri, lengkap dengan tv, dapur, kamar mandi pribadi lengkap dengan pemanas air dll(penjara apa hotel??). Ia bukan cuma menjual makanan ke rekan2 se-penjara di kios-nya juga menyewakan lapangan tenis yg baru dibangunnya itu. Ketika dikritik soal bagaimana ia mendapatkan perlakuan istimewa,ia ngotot bahwa itu salah pemerintah yang tidak sanggup memberikan perlakuan yg sama kepada para napi lainnya. Pinter ngeles ye.. hehe...


3. St. Clair County, Illinois, telah menghabiskan dana $330 juta dollar untuk membangun sebuah airport yg ternyata selama setahun tidak pernah disinggahi satu pesawat-pun baik maskapai maupun pribadi, beroperasi 12 jam perhari dengan 27 pekerja + full team pemadam kebakaran dan maintenances, lucunya biaya renovasi sebesar $2.5 juta masih saja di approve meskipun sampai saat ini belum ada satupun maskapai bersedia menggunakan airport tersebut. Bangun gede-gede cuma jadi pajangan.. doank Hahaha...


4. Paul Stiller, 47, dan istrinya sama-sama dirawat di Andover Township, New Jersey, bulan September lalu, keduanya menderita luka yg cukup parah sebagai akibat dinamit sebesar 1/4 stik yg meledak di mobilnya. Ternyata terjadi ketika di jalan, pasangan yang di dera kebosanan itu iseng2 membakar DINAMIT tersebut dan melemparkan ke luar jendela mobilnya untuk menghapus jenuh. SAYANGNYA MEREKA LUPA MEMBUKA KACA JENDELANYA, Alhasil dia orang panik dan terus yah anda tau sendiri kan??. Canggih ye?? Bosen maenya dynamit...


5. Seorang pengemudi Truk di Turki, Nazim Canturkas, menyalakan korek untuk memanasi tanki bensinnya yang beku (kan Bego..). Yah abis itu meledak lah... masa panasin tangki bensin pake korek??.Berdasarkan pernyataan dengan nada mengejek dari seorang anggota pemadam kebakaran yang bertugas waktu itu, Nazim memang orang yang cerdas.... Saya pun sependapat...


6. Oklahoma City, Dennis Newton (47), sedang menjalani sidang atas tuduhan perampokan bersenjata sebuah toko, sebenarnya saat itu ia sedang di atas angin, sampai ketika manajer toko itu bersaksi bahwa memang Newton-lah pelaku perampokan itu, Newton marah besar dan langsung menghampiri manajer itu dan berteriak “seharusnya ku tembak saja kepalamu waktu itu !!!”, seketika semua yg hadir terdiam. Newton berkeringat dan mengatakan,“Eeek… maksudnya seandainya memang waktu itu aku yg merampok…”, Newton meralat ucapannya… tapi gara2 itu juri dan hakim jadi yakin kalau ia memang bersalah… hasilnya 30 tahun penjara buat Newton…( wakwkkawwa)


7. Di Baltimore, Maryland, seorang wanita kesasar sampai Syracuse, New York setelah lama mengemudikan mobilnya. Malu untuk mengaku kesasar, dan tidak tau jalan pulang, ketika melihat seorang polisi, ia mengaku bahwa ia baru saja diculik oleh seseorang bersenjata api di Baltimore, gara-gara pengakuannya ini, terjadilah operasi pengejaran yg melibatkan 5 kesatuan dari beberapa negara bagian. Sampai akhirnya diketahui penyebab sebenarnya, wanita tersebut ditahan dan hanya diperbolehkan pulang bila suaminya yg menjemput dan HANYA SUAMINYA JUGA YG BOLEH MENYETIR MOBILNYA.( malu bertanya sesat di jalan .. Emang sesat..)


8. Detroit: R.C. Gaitlan, 21, mendekati 2 petugas yang sedang mendemonstrasikan squad car computer felon-location equipment kepada anak-anak di lingkungan detroit. Ketika ia menanyakan bagaimana cara kerja mesin itu, petugas meminta ID-nya, Gaitlan kemudian memberikan SIM-nya, petugas tersebut kemudian memasukkan nomor ID Gaitlan. Kemudian ditangkap dan di lumpuhkan saat itu juga, kenapa? karena ternyata di komputer petugas itu muncul nama Gaitlan sebagai DPO (wanted) tersangka perampokan bersenjata 2 tahun yg lalu…
Most wanted


9. Di Ohio, seorang yg tidak jelas identitasnya berusia menjelang 30an mendatangi kantor polisi dengan kawat sepanjang 9 inchi nongol dari jidat-nya. Dengan tenangnya, laki2 itu meminta petugas untuk mencoba me-rontgent-nya untuk menemukan otaknya yg menurutnya hilang dicuri, terkaget2 petugas itu, terlebih ketika ia mengetahui bahwa laki2 tersebut telah mengebor kepalanya sedalam 6 inchi menembus tengkoraknya dengan sebuah power drill dan memasukkan kawat yg ada di jidatnya itu hanya untuk mencari otaknya yang menurutnya hilang tersebut !!( Saking idiotnya... Emang ga ada otaknya kale...)


10. February, berdasarkan laporan polisis di Windsor, Ont., Daniel Kolta, 27, dan Randy Taylor, 33, meninggal karena mengadu kepalanya setelah keduanya berimbang adu keberanian menabrakkan snowmobile-nya... palanya pecah


11. Di Phnom Penh restaurant, 3 warga Kamboja meninggal setelah bermain “footsies” (jepit2an kaki) dibawah meja makannya dengan sebuah ranjau anti tank yg gagal meledak yg mereka temukan. Seluruh pengunjung restaurant berhamburan keluar ketika mengetahui apa yg mereka lakukan… Gyaaa..... Gyaaa... teriaknya (lebay)


12. Di tahun 1999, sebuah kota kecil di Kingsville, Texas, geger ketika di tengah malam “ujug-ujug” kotanya di serbu 800-an tentara dengan seragam camouflage dan 8 helikopter. tembak2an terjadi, bomb2 diledakkan, sebuah pabrik dan bekas kantor polisi hancur berantakan, tak satupun petugas 911 yg bisa menjelaskan kejadian tesebut, sampai pada akhirnya seorang pejabat militer meminta maaf karena lupa memberitahukan soal rencana latihan perang urban gorilla. dan meminta maaf atas hancurnya 2 gedung yg hancur sebagai akibat salah sasaran…


13. Modesto, CA, Steven Richard King ditahan atas usahanya merampok sebuah cabang Bank of America tanpa senjata, ia menggunakan jarinya yg disembunyikan dibalik bajunya untuk mengecoh pegawai bank, sampai akhirnya rencananya tersebut gagal setelah tanpa sengaja ia mengeluarkan tangannya dari jaketnya…Jari tengah kali di acungin jadi ketahuan wakawkkwak....


14. Sylvester Briddell, Jr., 26, tewas February lalu di Selbyville, Delaware, setelah memenangkan taruhan dengan teman2nya. Bahan taruhannya….. Beranikah Briddell menarik trigger revolver berisikan 4 peluru yg teracung ke mulutnya…Pinter....


15. Seorang perampok di Topeka, mndatangi Kansas Kwik Shop, dan meminta semua uang yg ada di mesin kasir, yang ternyata isinya terlalu sedikit untuknya, merasa kurang, ia pun mengikat penjaga toko tersebut dan menyamar sebagai kasir selama kurang lebih 3 jam dengan maksud siapa tahu jumlah rampokannya bisa bertambah… alih2 bertambah, justru malah polisi yg kebetulan singgah dan kemudian mengetahui penyamarannya langsung menangkapnya saat itu juga. Cita-cita mw jadi apa?? KAaaasirrrrr... Hehe... Tinggian donk...


16. AT&T memecat President John Walter setelah 9 bulan menduduki jabatannya dengan alasan kurangnya “intellectual leadership”. John Walter menerima pesangon sebesar $26 juta atas pemecatannya tersebut.


17. Polisi Los Angeles beruntung sekali saat itu, ketika para tersangka perampokan dibariskan untuk identifikasi wajah… salah satu tersangkanya tidak dapat mengontrol mulutnya… ketika detective menanyai satu persatu tersangka tersebut, dan kemudian menirukan kata2 perampok yg sedang dicari2 itu… “Berikan semua uangmu, atau kutembak !!!”… ujug-ujug.. alias tiba-tiba salah satu tersangka tersebut berteriak dengan ngototnya… “Hey, aku kan gak gitu ngomongnya !!!”…


18. Seorang laki2 dari Illinois, berpura2 memiliki senjata, menculik seorang pengendara motor dan memaksanya pergi ke 2 mesin ATM yang berbeda untuk mengambil uang dari rekeningnya sendiri !!. Wkwkkww.... Rampok apa Bego mas?


19. Seorang anak laki2 berusia 19 tahun dari Sheffield Lake, Ohio, mencuri kartu kredit ibunya untuk membayar operasi payudara pacarnya… sialnya, pacarnya tersebut langsung memutuskannya setelah operasi tersebut dan anak laki2 tadi kini menjalani 18 bulan masa tahanannya… (apes... apes... )


20. Christopher Jansen, seorang terdakwa kepemilikan senjata yg menuntut balik polisi yg menggeledahnya karena tidak ditemukan bukti, sedang menjalani proses peradilannya maret lalu di Pontiac, Michigan. Ia ngotot bahwa petugas telah menggeledahnya tanpa surat perintah. Jaksa penuntut juga ngotot, petugas tidak perlu surat untuk menggeledah, karena Jansen terlihat membawa benda mencurigakan di dalam jaketnya, “bisa jadi itu pistol atau apa” katanya. “Nonsense” kata jansen, yg kebetulan mengenakan jaket yg sama, kemudian ia pun menunjukkannya pada sang hakim, bodohnya, ketika ia memberikan jaketnya pada sang hakim, ia tidak memeriksa terlebih dahulu isi kantungnya. Ketika sang hakim memeriksa jaketnya……… ia tertawa terpingkal2…. tau kenapa? karena ternyata di kantung jaket si jansen itu ia menemukan sepaket cocaine !!


21. Guthrie, Oklahoma, October lalu, Jason Heck berniat membunuh seekor kaki seribu dengan senapan kaliber 22-nya, meleset, pelurunya mengenai batu dan mental sehingga mengenai kepala temannya, Antonio Martinez yang kemudian mengalami retak di tengkorak kepalanya…
(Untung ga kena burungnya yah hehehe....)


22. Polisi di Oakland, California, menghabiskan 2 jam mencoba membuat seorang bersenjata yg berlindung di rumahnya untuk menyerahkan diri. Setelah 10 kali menembakkan gas air mata, petugas baru sadar kalau orang bersenjata itu ada di sebelah mereka sambil ikut-ikutan berteriak meminta orang yg di dalam rumah itu untuk keluar dan menyerah…


23. Dua orang perampok asal Michigan memasuki sebuah toko kaset di Detroit, dengan gugup salah seorang perampok itu berteriak “Jangan ada yang bergerak !!!” sambil menodongkan senjatanya…namun entah karena memang gugup atau tidak sengaja, ketika partner-nya bergerak menuju kasir, langsung saja DOR!!!… dan tumbanglah si partner… (rampok kok grogi… ?? swt)


24. Medford, Oregon, seorang pengangguran berusia 27 tahun yg baru saja membunuh 3 orang, menuding perguruan tinggi tempatnya mendapatkan gelar MBA sebagai penyebabnya… katanya ” perguruan tinggi ini terlalu banyak mencetak sarjana bisnis… seandainya aku memilih jurusan lain pasti tidak begini jadinya…” ( Alibi...)


25. Lagi-lagi perampok dodol… di San Fransisco, (lagi rame nih di sono… kejadiannya masih lumayan baru) Patrick Johnson, berniat merampok sebuah cabang Welfare Bank. Johnson memberikan selembar cheque bertuliskan “ini perampokan, masukkan uang kalian ke tas saya”, pada seorang teller di bank tsb, tapi si teller menjawab, “maaf pak, kami tidak bisa menguangkan cheque bapak, karena ini cheque Bank of America, kalau mau bapak ganti dengan cheque milik Welfare Bank atau bapak ke kantor cabang Bank of America saja pak…”, Johnson pun menjawab… “oooo… gitu… ya sudah aku kesana saja…” (Bodoh....)tidak lama kemudian ia ditangkap ketika sedang mengantri di kantor cabang Bank of America yg tak jauh dari situ, setelah kemudian si teller tadi buru2 menghubungi polisi begitu Johnson pergi meninggalkannya… (parahnya lagi, ternyata lembaran cheque yg digunakan tadi adalah miliknya pribadi…)… Kasihan.... Hahahaha... Konyol asli...

dikutip: http://www.jackmuzakki.co.cc/2010/07/25-kejadian-paling-konyol-di-dunia-must.html

papua merdeka

Monday, July 19, 2010

OCTHO- Revolusi hanya bisa dicapai jika ada persatuan. Sekarang sudah saatnya rakyat Papua bangkit. Kita bangkit dan bersatu untuk merebut cita-cita luhur, yakni; bebas dari ikatan penjajah.


Pendahuluan

Ernesto Che Guevara, revolusioner dari Negara Kuba pernah mengatakan bahwa musuh terbesar anak muda (pemuda dan mahasiswa) zaman ini adalah jika kita telah merasa hidup nyaman. Pesannya singkat, anak muda jangan mau hidup nyaman, ini sudah tentu akan membunuh idealisme kita.

Patut dibenarkan pernyataan diatas. Saat ini banyak pemuda dan mahasiswa Papua acuh tak acuh terhadap perjuangan. Ada yang lebih senang pulang-pergi kampus dan kost, ada juga yang lebih senang memanjakan diri dengan aktivitas di luar kampus bahkan ada juga yang lebih senang berteori melulu tanpa mempraktekannya, padahal seharusnya tidak demikian.

Kekuataan pemuda dan mahasiswa Papua hanya ada persatuan. Persatuan itu sendiri dibutuhkan dengan maksud mencapai tujuan besar, yakni sebuah kebebasan bagi rakyat Papua yang telah di tindas oleh negara Indonesia dan negara barat sejak tahun 1969.

Saya yakin, persatuan akan terjadi antara pemuda dan mahasiswa Papua di seluruh Indonesia, terlebih khusus yang sedang berada di wilayah Jawa dan Bali. Tidak ada yang mustahil, semua perlu tekad, komitmen dan kerja keras. Mari kita bersatu. Saatnya sekarang ini, bukan besok.

Papua Sudah Merdeka

Pada tanggal 1 Desember tahun 1961 adalah hari bersejarah bagi rakyat Papua. Karena sejak itu Papua telah berdiri sendiri menjadi sebuah negara merdeka. Kerajaan Belanda saat itu turut membantu terselenggaranya kemerdekaan bagi rakyat Papua Barat.

Saat itu lagu Hati Tanahku Papua bergema, bendera bintang kejora dikibarkan, serta penghormatan kepada sang bintang kejora terus di lakukan. Ini awal kebangkitan bangsa Papua. Telah lahir negara baru, yakni Negara Papua Barat.

Negara Belanda memang telah membangun Papua dengan baik, terutama beberapa sektor rawan seperti pendidikan, kesehatan, ekonmi termasuk sumber daya manusianya. Mereka juga telah turut membangun Politik beserta kesadaran untuk membangun sebuah negara merdeka.

Makanya tidak heran jika banyak orang Papua mengklaim Belanda tidak menjajah orang Papua, tetapi mereka sudah membangun Papua, berbeda dengan negara-negara lain, termasuk negara Indonesia yang datang untuk menjajah dan merampok kekayaan alam di tanah Papua.

Kemerdekaan merupakaan hak setiap warga yang ada di muka bumi. Deklarasi PBB tentang hak-hak masyarakat adat juga menyatakan demikian, bahwa setiap warga/kelompok yang telah memenuhi sebuah kriteria layak menuntut hak kemerdekaannya, termasuk orang Papua saat itu.

Tapi sayang, negara Indonesia dengan segala kepentingan membatalkan kemerdekaan Papua Barat. Tri komando rakyat saat itu sudah jelas menyatakan bahwa Papua adalah sebuah negara merdeka. Konspirasi tingkat tinggi terjadi antara negara Indonesia dan negara kapitalisme dari dunia barat, termasuk Amerika Serika. Usulan untuk terselenggaranya PEPERA oleh Elswort Bungker ternyata awal penjajahan baru oleh negara Indonesia dan Amerika Serikat di tanah Papua.

Penyelenggaraan dan Keabsahaan PEPERA 1969

Dengan paksaan Negara Amerika Serikat akhirnya Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tetap di berlangsungkan. PEPERA sendiri murni tawaran USA untuk Indonesia dan Belanda atas kepentingan modal mereka di tanah Papua.

Sejarahwan belanda Prof Drooglever dalam bukunya “Een Daad van Vrije Keuz : De Papoea’s van westelijk Nieuw-Guinea en de grenzen van het zelfbeschikkingsrecht” telah jelas menyatakan bahwa PEPERA 1969 tidak sah dan cacat hukum maupun moral. Selain itu menurutnya PEPERA sendiri tidak di laksankana secara demokratis karena berlangsung di bawah ancaman dan todongan senjata Militer Indonesia.

Negara Indonesia memperlakukan bangsa Papua sungguh ironis. Mereka memilih 1025 orang Papua secara sepihak. Mereka di pilih dan di karantina secara khusus. Mereka berada dalam todongan senjata dan di paksakan untuk memilih Indonesia tanpa mengikuti suara hati nurani.

Jika merujuk pada Perjanjian New York, PEPERA bukan berlangsung dengan sistem musyawarah seperti yang di paksakan oleh pemerintah Indonesia, tetapi sistem satu orang satu suara (one man one vote) tapi bagian ini di abaikan oleh negara Indonesia demi kepentingan mereka atas bangsa Papua.

Sampai kapanpun orang Papua selalu menyatakan bahwa PEPERA 69 tidak sah, dan Papua bukan merupakan bagian dari NKRI. Orang Papua sudah pernah merdeka dan berdaulat sendiri sejak tahun 1961, yang di butuhkan saat ini tinggal pengakuan secara resmi dari pemerintah Indonesia dan dunia internasional.

Pemuda dan mahasiswa Papua yang ada di Jawa dan Bali di tuntun untuk menyuaraakn aspirasi itu. Bahwa kita sudah pernah merdeka, sekarang kita hanya butuh pengakuan. Diisini pentingnya penyatuan kita.

Papua Setelah Pepera

Setelah Pepera di berlangsungkan, tercatat hampir belasan kali operasi militer yang dilakukan oleh Militer Indonesia untuk membunuh dan menghabisi orang asli Papua. Ini sungguh jahat dan bejat. Dengan dalih kesejahteraan dan keaamanan di Papua, namun itu hanya omong kosong belaka.

Ali Murtopo, orang kepercayaan Presiden Soeharto pernah mengatakan bahwa Negara Indonesia tidak butuh orang Papua, tetapi tetapi membutuhkan kekayaan alam yang ada di tanah Papua. Lanjutnya, jika orang Papua ingin merdeka, pergi saja ke bulan untuk merdeka di sana. Pernyataannya menjelaskan dengan sungguh, bahwa operasi militer di lakukan untuk kasih habis orang asli Papua.

Utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ortis Sanz yang memantau langsung terselenggaranya Pepera di tanah Papua juga pernah berujar, bahwa negara Indonesia betul-betul menutup ruang demokrasi di tanah Papua Barat agar tidak ada bentuk protes maupun ketidakpuasaan yang di lakukan oleh rakyat Papua.

Walaupun Militer Indonesia dengan jahatnya membumi hanguskan orang asli Papua, namun sampai kapanpun idealisme untuk kebebasan Papua tidak akan pernah mati bahkan pudar sekalipun. Saat itu beberapa orang Papua tetap menuntu kemerdekaan yang telah di mediasi oleh Belanda.

Papua telah merdeka. Yang di butuhkan saat ini adalah pengakuan luhur dari negara Indonesia maupun dunia internasional. Orang Papua layak menentukan nasibnya sendiri. Tidak ada hukum di dunia manapun yang melarang hak itu. Kemerdekaan adalah solusi untuk rakyat Papua, bukan yang lainnya.

Situasi Papua Sekarang

Sampai kapanpun idealisme untuk kebebasan dan perjuangan rakyat Papua tidak akan pernah padam. Sampai saat ini idealisme itu masih ada, bahkan telah bertumbuh dan berkembang pada generasi muda, termasuk pemuda dan mahasiswa untuk menyatakan bahwa kita ingin merdeka dan memang kita telah merdeka.

Tawaran Otonomi Khusus yang di berikan oleh pemerintah pusat untuk rakyat Papua hanyalah “gula-gula” atau pemanis belaka. Tak ada yang berarti dengan semua itu. Malahan orang Papua menyimpulkan bahwa kehadiaran Otsus semakin membuat orang Papua tidak berdaya.

Otonomi Khusus telah di anggap gagal dan memang telah gagal total di tanah Papua. Sudah hampir dua kali di kembalikan oleh rakyat Papua ke pemerintah pusat. Pertama; Pada tanggal 12 Agustus 2005 saat Dewan Adat Papua (DAP) bersama 10.000 rakyat Papua mendatangi kantor DPRP dan mengembalikan peti mati Otsus ke pemerintah pusat. Kedua; tanggal 28 Juni lalu masa dari Forum Demokrasi Rakyat Papua (FORDEM) yang mendatangi kantor DPRP mengembalikan Otsus, serta menuntut segera di berikannya referendum bagi rakyat Papua.

Kegagalan Otsus dan tuntutan referendum adalah aspirasi murni dari segenap rakyat Papua. Semua telah satu suarat, satu pikiran serta satu tekad, bahwa Otsus di cabut dari bumi Cenderawasih dan hanya satu solusi yang di minta ke pemerintah pusat, yakni; memberikan kemerdekaan bagi rakyat Papua segera.

Cendekiawan Papua, Dr. Benny Giay pernah menyatakan bahwa Jakarta memang tidak serius membangun Papua. Dengan demikian tutnutan orang Papua hanya satu, segera memberikan kemerdekaan bagi rakyat Papua, karena ini sudah menjadi solusi dari segala solusi untuk menjawab segala permasalahan di tanah Papua.

Dialog antara pemerintah Indonesia dan masyarakat Papua yang di tawarkan oleh beberapa kalangan, salah satunya Dr. Neles Tebay, Pr di abaikan saja oleh Negara Indonesia. Negara Indonesia beranggapan dialog hanya akan membuka ruang partisipasi yang lebih dari masyarakat Papua, padahal seharusnya demikian.

Kebijakan Operasi Militer bumi hangsungkan Distrik Tigginanmbut (sebenarnya Tigginambur, bukan Tigginanmbut) adalah kebijakan sepihak untuk tetap menghabisi orang Papua. Laporan sementara puluhan nyawa tak berdosa dari pihak masyarakat sipil di distrik Tigginanmbur telah melayang. Militer tak pernah menunjukan tekad mereka untuk bertanggung jawab.

Media massa di seting sedemikian rupa, jika hanya seorang saja anggota Polri yang tewas, maka pemberitaan akan kemana-mana, tetapi jika puluhan nyawa orang Papua yang melayang, tak ada media yang berani membuka mulut. Media telah bekerja sama dengan penguasa untuk menjajah. Ironis media massa seperti ini. Penjilat negara, bukan melakukan fungsi kontorl tehadap negara.

Wartawan asing dan lembaga-lembaga kemanusiaan dilarang untuk masuk di Papua. Tujuaannya hanya satu, tak ingin kebobrokan negara Indonesia di ketahui oleh dunia internasional. Contoh nyata, saat masa Komite Nasional Papua Barat (KNPB) melakukan aksi demo di kantor DPR Papua, ada dua orang wartawan TV A Mano perancis Baudoin Koenig (kameramen) dan Carol (reporter) yang sedang meliput, tanpa alasan yang jelas Polda Papua bekerja sama dengan pihak Imigrasi untuk mendeportasi kedua wartawan ini pulang, padahal keduanya telah mengantongon visa untuk melakukan tugas jurnalistik.
Sungguh ironis situasi Papua saat ini. Situasi ini di ciptakan oleh Negara Indonesia untuk tetap menjajah orang Papua. Kita harus lawan. Lawan. Lawan adalah solusi.

Menumbuhkan Kesadaran

Persoalan terbesar saat ini adalah orang Papua, terutama pemuda dan mahasiswa tidak sadar kalau mereka sedang di jajah. Menumbuhkan kesadaran kalau kita sedang di jajah adalah hal paling penting.

Orang tua harus menumbuhkan kesadaran sejak dini pada anaknya bahwa negara Indonesia saat ini sedang menjajah rakyat Papua. Demikian halnya dengan pemuda dan mahasiswa, harus sadar bahwa kita sedang di jajah secara tidak manusiawi.

Kaum buruh dan tani di Papua harus sadar bahwa mereka sedang di jajah. Penjajahan harus di lawan. Negara asing yang mencari keuntungan sebesar-besarnya di tanah Papua sembari mengabaikan hak-hak adat mereka-pun harus di lawan. Mereka harus di usir dari bumi cenderawasih.

Sistem pendidikan di Papua-pun demikian, di jajah agar tidak mencitapkan sumber daya manusia yang handal. Kesehataanpun tidak mendapatkan perhatian yang baik. Ekonomi orang Papua juga di buat amburadul, semua untuk menjawab kepentingan negara, yakni membunuh segala tumbuh kembang orang asli Papua.

Kesadaran yang bertumbuh dengan baik akan menciptakan tekad perlawanan yang baik. Kita semua harus bersatu untuk melawan sistem yang tidak mendidik itu. Kita tidak perlu beharap banyak pada Otsus. Otsus sudah membelenggu kita sejak lama. Sekarang bukan saatnya di tawan oleh “gula-gula” Otsus yang tidak berinlai harganya.

Merdeka adalah solusi dari segala solusi. Otsus tidak perlu di revisi bahkan evaluasi sekalipun, karena hasilnya toh tetap tidak memuaskan rakyat Papua. Merdeka dan membentuk negara berdaulat adalah hak paling penting. Sudah saatnya kita maju, maju untuk sebuah perubahan.

Penutup

Kita sudah pernah merdeka dan menjasi sebuah negara yang berdaulat. Kemerdekaan memang menjadi hak kita, hak warga di dunia manampun. Amerika memilki kepentingan besar atas SDA di Papua, negara Indonesia juga demikian. Sungguh naif, kehadiran Perjanjian New York hanyalah akal-akalan agar Papua tidak merdeka.

Berlangsungnya Pepera merupakan pintu masuk untuk menguasai, menjajah dan membunuh orang Papua. Hal ini memang terbukti, operasi militer terus menerus di perlakukan. Tujuaan utamanya untuk membunuh idealisme orang Papua. Namun sampai kapanpun idealisme orang Papua tidak akan pernah mati.

Pelanggaran HAM berat terus menerus berlangsung. Hal ini menimbulkan populasi penduduk asli Papua yang tidak pernah mengalami peningkatan, ini memang sengaja di lakukan oleh negara. Genocida kata yang tepat untuk menggambarkan situasi itu.
Otonomi Khusus di berikan, tujuannya tidak lain membungkam aspirasi merdeka yang di lontakkan. Otsus di berikan dengan dalih akan mengubah wajah Papua, namun tidak demikian, Otsus kini telah menjadi penyakit dan telah di tolak oleh seluruh rakyat Papua. Sudah dua kali “gula-gula” ini di kembalikan ke pemerintah pusat.

Tuntutan merdeka telah di suarakan. Ini murni dari hati nurani rakyat. Tidak ada seseorangpun yang bisa menghambatnya. Memberikan kemerdekaan bagi rakyat Papua adalah solusi akhir. Ingat, ini akhir dari segala solusi. Dimana-mana tuntutan ini di suarakan. Dari Jayapura sampai Jakarta. Satu suara, segera berikan referendum bagi rakyat Papua.

Pemuda Papua sebagai tulang punggung revolusi perlu bersatu. Satu suara, satu pikiran dan satu tujuan, yakni mencapai Papua merdeka. Anak muda Papua perlu bangkit. Bangkit dari ketertinggalan, bangkit dari acuh tak acuh dan bangkit dari ego diri sendiri. Kita harus bersatu, bersatu untuk mencapai kemerdekaan.
Kebebasan tidak jauh dari mata, jika kita betul-betul bersatu dan bertekad penuh untuk memperjuangkannya.***

*Oktovianus Pogau adalah Jurnlias dan Aktivis HAM di tanah Papua

Ketua Dewan Adat Dukung Papua Lepas dari NKRI

Jum'at, 18 Juni 2010 - 15:24 wib
Nurlina Umasugi - Okezone



JAYAPURA – Ketua Dewan Adat Papua (DAP), Forkorus Yoboisembut mengatakan, DAP sepenuhnya mendukung perjuangan Majelis Rakyat Papua (MRP) dan referendum atau tuntutan pemisahan diri Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Undang-undang apapun yang diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada Papua, tidak bisa mensejahterahkan orang Papua. Maka satu-satunya solusi adalah referendum atau kembalikan kami ke mekanisme internasional,” kata Forkorus kepada wartawan di Jayapura, Jumat (18/6/2010).

Menurutnya, seluruh pejabat dan pegawai MRP merupakan anak adat Papua. Maka DAP sebagai orang tua dan pimpinan adat mendukung gebrakan MRP.

Sebelumnya, DAP juga telah mengembalikan Otsus pada 12 Agustus 2005 lalu, dan hari ini, jika MRP juga mengembalikan Otsus, maka itu bukan hal yang tidak mungkin.

Sehingga dikatakan Forkorus, saat ini tidak ada solusi lain untuk masyarakat adat Papua. Kecuali referendum bagi orang Papua.

Sebagaimana diketahui, sejak siang tadi ribuan masyarakat Papua siang menggelar aksi menuntut referendum di Papua. Aksi ini disampaikan ribuan warga Papua dari berbagai elemen masyarakat di halaman kantor DPR Papua.

Mereka meminta rekomendasi Musyawarah Besar (Mubes) MRP yang dilakukan Juni lalu agar dijalankan. Adapun 11 poin rekomendasi tersebut, di antaranya menutup Freeport, referendum, pelepasan tapol napol, memisahkan diri dari NKRI, tolak operasi khusus (otsus), serta hentikan Pilkada di Papua.

PEMETAAN ISU DISINTEGRASI DI PAPUA DAN SOLUSINYA

Papua merupakan bagian wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki persoalan besar dan membutuhkan perhatian dan penanganan secara serius dari berbagai pihak. Perbedaan aspirasi politik, penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan, keberadaan TNI dan POLRI yang melemahkan pemerintahan sipil, rasa saling curiga antar kelompok agama dan etnis merupakan merupakan isu yang menjadi pemicu timbulnya gejolak disintegrasi di Papua.
Masalah penelitian adalah (1) faktor-faktor yang membingkai persoalan Papua yang berdimensi lokal, nasional, maupun internasional, (2) akar persoalan konflik sosial, (3) faktor-faktor yang seringkali pemicu konflik, dan (4) pihak-pihak yang mempengaruhi terjadinya persoalan Papua.
Tujuan penelitian untuk menjawab masalah penelitian dengan mengungkap akar persoalan isu disintegrasi di Papua. Selama ini inti persoalan di Papua berfokus pada kehendak menyelesaikan pelanggaran HAM masa lalu, terutama era Orde Baru, pemajuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat, diskriminasi dan adanya sebagian elit dan masyarakat Papua yang belum menerima Pepera.
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif melalui observasi lapangan, studi perpustakaan dan kajian literatur dan dokumenter berupa laporan hasil penelitian tentang masalah Papua dan interview pihak-pihak yang terkait dengan penyelesaian masalah Papua.
Observasi dilakukan terhadap faktor-faktor lokal, antara lain: pemukiman pengelompokan dan pola kekerabatan; Orang Papua Biasa, Pendatang, Pegawai Negeri, Misionaris, Polisi, Tokoh adat, Tokoh Agama, Tokoh Perempuan; kompetisi lembaga keagamaan dan perbedaan agama, pendatang dan penduduk asli, peran lembaga adat dan lembaga keagamaan. Studi Pustaka dilakukan untuk mendapatkan statistik Papua, antara lain: geografis, jumlah dan komposisi penduduk, komposisi etnis, agama, lembaga politik formal dan non-formal; kebijakan diantaranya di bidang hukum dan HAM, moneter, pertahanan keamanan, luar negeri, agama, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan infrastruktur juga keterwakilan di pusat (eksekutif, legislatif, dan yudikatif); dan isu-isu internasional yang terkait dengan masalah Papua sejak awal integrasi hingga sekarang.
Hasil penelitian menunjukkan dibutuhkan penyelesaian 1) secara hukum dengan pengimplementasian Otsus, upaya penyelesaian dan pencegahan pelanggaran hak asasi manusia, 2) penyelesaian masalah politik, 3) penyelesaian masalah ekonomi 4) penyelesaian masalah identitas kultural.
Kesimpulan: perbedaan persepsi tentang sejarah politik Papua yang menimbulkan pelanggaran HAM, perbedaan persepsi pihak masyarakat Papua yang tidak diselesaikan secara demokratis yang menimbulkan pemahaman tentang identitas kultural yang berbeda dengan identitas kultural masyarakat Indonesia. Upaya pemerintah dengan pemberlakukan otsus belum mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Rekomendasi: perlunya dialog pusat dan daerah dan antar masyarakat Papua, penyelesaian pelangaran HAM berat, penguatan otsus dan pencabutan peraturan perundang-undangan yang menghambat kewenangan pemerintah dalam menjalankan otsus, dan menghindari penggunaan hukum pidana untuk menanggapi aktivitas-aktivitas politik damai.

Papua Barat Ancam Disintegrasi

Selasa, 04 November 2008]

UU Pornografi dinilai bernuansa politik. Masyarakat Gereja Papua Barat dan Ketua DPRD Provinsi Papua menolak undang-undang tersebut. Jika tidak ditanggapi, mereka mengancam keluar dari NKRI.

Pengesahan Rancangan Undang-Undang Pornografi oleh DPR Kamis minggu lalu, masih menyisahkan pro-kontra. Kali ini kelompok yang kontra datangnya dari Persekutuan Gereja-Gereja Kristen Provinsi Papua Barat dan Ketua DPRD Provinsi Papua. Mereka menolak pengesahan undang-undang tersebut, serta mendesak DPR dan Pemerintah segera mengambil sikap.

Desakan ini dilakukan oleh pimpinan persekutuan gereja di tiga kabupaten dan satu kota di Provinsi Papua. Yakni, Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Manokwari, dan Kota Sorong. Keempat wilayah ini terdiri dari 40 denominasi gereja di Provinsi Papua Barat. Mereka menyambangi Ketua DPR Agung Laksono di Gedung Nusantara III lantai 3, Komplek DPR/MPR, Jakarta, Senin (3/11).

Dalam pertemuan ini, Koordinator Persekutuan Gereja-Gereja Papua Barat Andrikus Mofu mengancam akan keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) jika tuntutan mereka terhadap UU Pornografi tidak segera dipenuhi. Menurutnya, apabila undang-undang ini dilaksanakan di tanah Papua, akan menimbulkan gejolak sosial dan konflik yang mengarah kepada pelanggaran hak asasi manusia. Selain itu undang-undang ini bisa mematikan seni, budaya, suku dan bangsa Papua. Jika pernyataan sikap kami tidak digubris, kami akan keluar dari NKRI, katanya usai bertemu Agung Laksono.

Apalagi, ujar Andrikus, UU Pornografi bertolak belakang dengan UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua. Wet tersebut, pada hakekatnya melindungi hak asasi dan hak-hak dasar mayarakat Papua dengan keragaman suku, tradisi, adat istiadat, seni dan budaya, hukum adat dan hak ulayat.

Andrikus menambahkan, rumusan Pasal 1 ayat (1) dan (2) UU Pornografi sangat identik dengan masyarakat adat Papua. Berdasarkan catatannya, ada 265 suku masyarakat adat Papua yang memiliki tradisi, adat istiadat, seni dan budaya yang melekat dalam tatanan nilai-nilai kehidupan.

Pendapat Andrikus diamini Ketua DPRD Provinsi Papua Barat, Jimmy Demianus Ijie. Menurutnya, UU Pornografi kental dengan nuansa politik untuk kepentingan golongan agama tertentu. Ia mengatakan undang-undang ini bertentangan dengan Pasal 29 UUD 1945.

Jimmy menganggap UU Pornografi sebagai produk hukum yang bisa mengganggu stabilitas keamanan. UU Pornografi juga dapat menyulut perpecahan di daerah untuk berpisah dari NKRI. Perpecahan ini, lanjutnya, justru dibuat oleh delapan fraksi di DPR yang menyetujui disahkannya UU Pornografi. Kami disuruh jangan merobek bendera merah putih, ternyata kalian sendiri yang merobek bendera tersebut dan memaksakan kehendak dengan mengesahkan UU Pornografi, katanya.

Genderang perang ditonjolkan dari Senayan, khususnya oleh delapan fraksi yang menyetujui, dan kami siap melawan! ujar Jimmy dengan suara lantang.

Jimmy memberi waktu satu bulan kepada DPR untuk merespon desakan yang diajukan masyarakat Papua. Mereka juga meminta DPR sebagai fasilitator untuk menyampaikan tuntutannya kepada Presiden.

Jika dalam satu bulan tidak ditanggapi, mereka mengumumkan akan mengajukan uji materi UU Pornografi ini ke Mahkamah Konstitusi (MK). Ia juga mengumumkan bahwa Selasa (4/10), akan terjadi demonstrasi besar-besaran di Papua untuk menolak kehadiran UU Pornografi.

Sementara itu, Agung Laksono mendesak pemerintah segera melakukan sosialisasi UU Pornografi. Kami mendesak pemerintah untuk menindaklanjuti undang-undang yang ada untuk segera menjelaskan dan mensosialisasikan UU pornografi khususnya kepada empat provinsi yang menolak (Bali, DIY, Sulut, Papua), tutur Agung.

Menurutnya, sosialisasi perlu dilakukan agar bisa mengurangi dampak negatif dari kurangnya pemahaman masyarakat mengenai isi undang-undang tersebut. Selain itu sosialisi dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berlarut-larut sehingga merujuk pada ketersinggungan dari pihak-pihak yang menentang.

Menyingkap Sejarah Konspirasi Australia – Belanda di Indonesia

Pemberian Temporary Protection Visa (TPV), atau Visa perlindungan Sementara oleh Pemerintah Australia kepada 42 orang warga Papua Barat, telah menimbulkan reaksi yang sangat kuat dari Indonesia.
Bila menengok sejarah hubungan Indonesia-Australia dari tahun 1945 sampai sekarang, akan terlihat, bahwa sejak awal pembentukan Republik Indonesia, Pemerintah Australia menunjukkan sikap yang sangat tidak bersahabat dengan Republik Indonesia.
Bukanlah rahasia, bahwa invasi TNI ke Timor Timur tahun 1976 –sehari setelah Presiden AS Gerald Ford dan penasihatnya, Henry Kissinger meninggalkan Jakarta- adalah atas persetujuan AS dan Australia, yang mengkhawatirkan Timor Timur yang merdeka akan masuk ke kubu komunis.
Setelah runtuhnya imperium Uni-sovyet, maka negara-negara barat melihat tidak ada lagi kepentingan mempertahankan diktator-diktator boneka mereka yang anti komunis. Negara-negara barat mulai melancarkan isu pelanggaran HAM untuk memojokkan para diktator yang selama perang dingin melawan blok komunis, sangat berguna bagi kepentingan blok kapitalis. Singkatnya, pendukung setia Amerika Serikat, Marcos dan Suharto, berhasil digulingkan oleh rakyatnya. Namun kini, isu pelanggaran HAM masih terus digulirkan, dengan kepentingan berbeda: Amerika Serikat tetap memerlukan “common enemy”, musuh bersama untuk konsumsi politik dalam negeri mereka, Australia tidak menginginkan tetangganya yang kuat, dan Belanda masih menyimpan dendam sejarah atas “kehilangan“ koloni mereka yang kaya.
Yang hingga kini relatif paling sering melancarkan “serangan” terhadap Indonesia sehubungan dengan pelanggaran HAM selain Amerika Serikat adalah Australia, Belanda dan Jerman. Bahkan kini beberapa anggota Parlemen Amerika Serikat dan beberapa institusi gereja di Jerman telah menyatakan sikapnya secara terang-terangan dan sangat gamblang, bahwa mereka mendukung pemisahan Papua dari NKRI.
Pemerintah AS, Australia dan Belanda selalu bermuka dua, di satu sisi, secara resmi mereka mengeluarkan pernyataan mendukung integritas RI atas wilayahnya, namun -baik langsung maupun tidak langsung- ikut mendanai kegiatan-kegiatan yang merongrong kedaulatan RI, termasuk dalam pembentukan opini negatif yang dilakukan oleh berbagai LSM dan Institusi di negara-negara tersebut.
Kasus terbaru yang menunjukkan Pemerintah Belanda bermuka dua dalam masalah kedaulatan wilayah NKRI adalah penugasan dan pendanaan kegiatan Prof. Dr. Pieter Drooglever, seorang pakar sejarah di Belanda, untuk membongkar kembali Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) di Papua tahun 1969. Hal ini diungkapkan secara terus terang oleh mantan Menlu Belanda J. Van Aartsen, karena Menlu yang sekarang Ben Bot -dalam posisi terjepit- tidak mau mengakui, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Drooglever adalah atas penugasan dan pendanaan Pemerintah Belanda.
Setelah melakukan penelitian lebih dari 5 tahun (!), termasuk mendatangkan orang Papua ke Belanda untuk diwawancarai, pada bulan November 2005 Drooglever meluncurkan buku setebal 740 halaman yang berisi hasil penelitiannya mengenai “Act of Free Choice.” Dengan satu kalimat Drooglever menyebut bahwa “Hasil Pepera adalah suatu kecurangan.” PEPERA tersebut telah berlangsung dengan persetujuan dan di bawah pengawasan PBB, dan kemudian hasilnya juga disahkan oleh PBB. Buku ini sekarang menjadi referensi bagi orang-orang Papua Barat yang ingin memisahkan diri dari RI.
Perlu diingat, bahwa dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda tahun 1949, Irian Barat tidak termasuk dalam Republik Indonesia Serikat, yang memperoleh “pelimpahan kedaulatan” (soevereiniteitsoverdracht) dari Belanda pada 27 Desember 1949. Oleh karena itu patut dicurigai, bahwa langkah Belanda yang menugaskan dan mendanai kegiatan Prof. Drooglever ini, sebagai suatu usaha untuk memisahkan Papua Barat dari NKRI. Dengan menugaskan dan mendanai kegiatan ini saja sudah dapat dikatakan sebagai tindakan yang sangat tidak bersahabat.
Juga perlu dicatat, bahwa hingga saat ini Pemerintah Belanda tetap tidak mau mengakui kemerdekaan Republik Indonesia adalah 17 Agustus 1945. Bagi Pemerintah Belanda, kemerdekaan RI adalah 27 Desember 1949, yaitu pada waktu “penyerahan kedaulatan” (soevereniteitsoverdracht) dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS), yang dianggap sebagai kelanjutan dari Pemerintah India Belanda (Nederlands Indië). Dan seperti disebut di atas, Papua tidak termasuk dalam RIS.

Latar belakang sejarah
Tahun 1945, dalam upaya Belanda untuk kembali menguasai Indonesia sebagai jajahannya, Belanda dibantu oleh 3 divisi tentara Inggris dan 2 divisi tentara Australia, yang –sesuai dengan Civil Affairs Agreement antara Pemerintah Belanda dan Pemerintah Inggris- “membersihkan” kekuatan bersenjata Republik Indonesia, untuk kemudian “diserahkan” kepada Netherlands Indies civil Administration (NICA).
Ketika tentara Jepang menyerbu ke Asia tenggara, dan memulai penyerbuan ke Pulau Jawa tanggal 1 Maret 1942, banyak orang-orang Belanda yang segera melarikan diri ke Australia. Sejumlah pimpinan pemerintahan sipil dan militer yang lari ke Australia tersebut antara lain, Dr. Hubertus Johannes van Mook, mantan Letnan Gubernur Jenderar Hindia Belanda Timur, Dr. Charles Olke van der Plas, mantan Gubernur Jawa Timur, dan Simon Hendrik Spoor. Tahun 1946 Spoor, menggantikan Letnan Jenderal van Oyen menjadi Panglima Tertinggi Tentara Belanda di Indonesia.
Tahun 1942 jumlah tentara Belanda yang berhasil melarikan diri ke Australia hanya sekitar 1000 orang. Mereka kemudian dapat merekrut orang dari Suriname dan Curacao untuk menjadi tentara, sehingga saat Jepang menyerah pada bulan Agustus 1945, jumlah tentara Belanda yang berada di Australia sudah mencapai sekitar 5000 orang –termasuk orang Indonesia yang menjadi serdadu KNIL seperti Raden Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
Pada bulan Agustus 1943 di Quebec, Kanada, dicapai kesepakatan antara Presiden Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Churchill, untuk membentuk South East Asia Command (SEAC –Komando Asia Tenggara), dan mulai tanggal 16 November, SEAC berada di bawah pimpinan Vice Admiral Lord Louis Mountbatten. Wewenang SEAC meliputi Sri Lanka, sebagian Assam, Birma, Thailand, Sumatera, dan beberapa pulau kecil di Lautan India.
Pulau-pulau lain dari wilayah bekas India Belanda –Kalimantan, Sulawesi, Papua, dll.- berada di bawah wewenang Letnan Jenderal Douglas MacArthur, Supreme Commander South West Pacific Area Command – SWPAC (Panglima Tertinggi Tentara Sekutu Komando Wilayah Pasifik Baratdaya).
Semula, Belanda mengadakan perjanjian CAA dengan Amerika Serikat, yang ditandatangani pada 10 Desember 1944 di pulau Tacloban, Filipina (2). Jenderal MacArthur mewakili Amerika dan van Mook mewakili Belanda.
Pada 15 Agustus 1945 dilakukan penyerahan wewenang atas wilayah bekas India Belanda dari Letnan Jenderal Douglas MacArthur, panglima South West Pacific Area Command (Komando Wilayah Pasifik Baratdaya) kepada Vice Admiral Lord Louis Mountbatten, Panglima Tertinggi South East Asia Command (Komando Asia Tenggara). Pada hari itu juga, Letnan Gubernur Jenderal van Mook, bersama orang-orang Belanda yang ada di Australia mengadakan rapat dan bersiap-siap untuk segera berangkat ke Indonesia.
Berita mengenai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, tentu sangat mengejutkan Pemerintah Belanda –termasuk van Mook dan kawan-kawan yang mendengar melalui radio di Australia.
Setelah penyerahan wewenang dari Panglima Tertinggi South West Pacific Area Command atas Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, serta daerah-daerah lain yang termasuk wilayah bekas India Belanda kepada South East Asia Command (SEAC) di bawah Lord Mountbatten, Pemerintah Belanda melakukan serangkaian pertemuan dan lobi dengan Pemerintah Inggris. Pada 24 Agustus 1945, di Chequers dekat London, Belanda dan Inggris menandatangani Civil Affairs Agreement (CAA) yang isinya adalah:

“Nota tanggal 24 Agustus 1945

Musyawarah yang berlangsung antara perwakilan Belanda dan Inggris mengenai asas-asas yang perlu diperhatikan bila saja timbul persoalan yang berhubungan dengan pemerintahan dan peradilan sipil, yang berlangsung di wilayah Netherlands Indies (India Belanda) yang telah dibebaskan dan ada di bawah perintah Panglima Tertinggi Sekutu, Komando Asia Tenggara, telah mencapai persetujuan mengenai persyaratan sebagaimana dalam memorandum ini.
Asas-asas yang terdapat dalam memorandum ini dimaksudkan untuk mencari pemecahan mengenai hal-hal yang timbul dengan mendadak dan sedapat mungkin bertujuan untuk mempermudah tugas yang dibebankan kepada pimpinan tertinggi sekutu dan pemerintah Belanda, serta memudahkan tercapainya tujuan bersama. Perlu dimaklumi bahwa peraturan ini semata-mata hanya bersifat sementara tanpa mengganggu kedaulatan Belanda dalam bentuk apapun juga.”
dto. Ernest Bevin
(Menteri Luar Negeri Inggris – pen)

Azas-azas yang perlu diperhatikan dalam mengatur pemerintahan dan peradilan sipil di wilayah India Belanda dalam Komando Asia Tenggara.
1. Di daerah-daerah di mana terdapat operasi-operasi militer, perlu dilakukan peninjauan dalam stadium (tingkat) pertama atau militer. Selama itu maka Panglima Tertinggi Sekutu, sesuai dengan situasi, berhak untuk mengambil tindakan-tindakan yang dianggapnya perlu. Selama berlaku keadaan stadium pertama itu, maka pemerintah Belanda, dalam usahanya untuk membantu Panglima Tentara Sekutu dalam melaksanakan tugasnya, akan memperbantukan pada tentara Sekutu itu, perwira-perrwira NICA (Netherlands Indies Civil Administration) secukupnya untuk menjalankan pemerintahan di wilayah India Belanda yang telah dibebaskan, di bawah pengawasan umum fihak komandan militer Sekutu setempat. Dinas-dinas dari NICA akan dipergunakan sebanyak mungkin dalam setiap kesempatan yang berhubungan dengan pemerintahan sipil, termasuk pelaksanaan rencana-rencana sehubungan dengan eksploitasi sumber-sumber bantuan dari wilayah India Belanda yang telah dibebaskan, bila sekiranya kebutuhan militer menghendakinya selama dalam keadaan stadium pertama itu. Kiranya perlu diketahui, bahwa perwira-perwira NICA itu mempunyai cukup kekuasaan untuk melakukan tindakan-tindakan yang dianggap perlu. Penggunaan atau penguasaan tenaga kerja, tempat tinggal dan bahan-bahan persediaan, pemakaian tanah, gedung-gedung, alat-alat pengangkutan dan dinas-dinas lainnya yang oleh Panglima Tertinggi Sekutu dianggap perlu untuk kebutuhan militer dari komandonya, sedapat mungkin akan diusahakan dengan perantaraan pembesar-pembesar India Belanda, sesuai dengan hukum India Belanda.
2. Telah tercapai kata sepakat, bahwa Pemerintah India Belanda secepat dan sepraktis mungkin akan diberi kembali tanggung jawab sepenuhnya atas pemerintahan sipil di wilayah India Belanda. Bila menurut pertimbangan, situasi militer mengizinkan, maka Panglima Tertinggi Sekutu akan segera memberitahukan Letnan Gubernur Jenderal untuk kembali bertanggung jawab atas pemerintahan sipil.
3. Pemerintahan India Belanda, dinas-dinas administrasi serta peradilan Belanda dan India Belanda akan dilaksanakan oleh pembesar-pembesar India Belanda, sesuai dengan hukum yang berlaku di India Belanda.

Butir yang terpenting untuk Belanda adalah, penyerahan wilayah Indonesia yang telah “dibersihkan” oleh tentara Inggris kepada Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Chequers, tempat peristirahatan Perdana Menteri Inggris, menjadi tempat pertemuan penting untuk perundingan-perundingan dengan pemerintah Belanda.
Konferensi Yalta pada bulan Februari 1945, ternyata bukan hanya membagi Eropa menjadi dua blok: Barat dan Timur, melainkan juga menghasilkan suatu keputusan yang sangat fatal bagi negara-negara bekas jajahan negara Eropa. Dalam suatu pembicaraan rahasia antara Roosevelt dan Churchill, disepakati untuk mengembalikan situasi di Asia kepada status quo, seperti sebelum invasi Jepang Desember 1941. Kesepakatan rahasia keduanya ini dipertegas dan diformalkan dalam deklarasi Potsdam pada 26 Juli 1945.
Di sini terlihat, bahwa Atlantic Charter –isinya terpenting adalah butir tiga yaitu “hak bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri” (Right for selfdetermination of peoples)- yang dicetuskan oleh Roosevelt dan Churchill pada 14 Agustus 1941, hanya sebagai suatu lip service, sekadar propaganda untuk menunjukkan bahwa mereka seolah-olah sangat peduli akan nasib negara-negara jajahan. Namun belang ini segera terlihat, yaitu ketika Jerman telah diambang kekalahan, yang berarti juga setelah itu Jepang pasti akan dapat dihancurkan, mereka melupakan janji-janji muluk sebelumnya, dan bahkan membantu mengembalikan bekas-bekas jajahan kepada para penguasa sebelumnya, termasuk Indonesia yang akan “dikembalikan” kepada Belanda. Kepalsuan janji mereka terlihat nyata setelah Perang Dunia II di Eropa dan Perang Pasifik selesai, di mana negara-negara yang dijajah masih harus berjuang bertahun-tahun untuk mencapai kemerdekaan.
Kolonel KNIL Raden Abdul Kadir Wijoyoatmojo tiba di Jakarta dari Australia, bersama Mayor KNIL Santoso. Setelah tiba di Jakarta, Wijoyoatmojo segera mengadakan sejumlah pertemuan yang sangat rahasia dengan teman-temannya dan mantan perwira-perwira KNIL bawahannya. Mereka membantu Kolonel van der Post, yang kemudian menjabat sebagai Gubernur Militer Sekutu untuk Batavia dalam tugas sehari-harinya.
Pada 1 September 1945, van Mook bersama van der Plas menemui Mountbatten di Kandy, Ceylon (Sri Lanka), untuk menindak-lanjuti hasil perundingan CAA antara Belanda dan Inggris, serta tindaklanjut hasil keputusan konferensi Yalta dan Deklarasi Potsdam. Nampaknya, misi van Mook dan van der Plas berhasil, karena sehari setelah pertemuan tersebut, Mountbatten mengeluarkan perintah tertanggal 2 September 1945 kepada pada komandan Divisi, termasuk komandan Divisi 5, dengan kalimat yang kemudian berakibat fatal bagi rakyat Indonesia, terutama di Surabaya. Isi perintah Mountbatten sebagai berikut:

Headquarters, S.E.Asia Command
2 Sept. 1945.

From : Supreme Commander S.E.Asia
To : G.O.C. Imperial Forces.

Re. Directive ASD4743S.

You are instructed to proceed with all speed to the island of Java in the East Indies to accept the surrender of Japanese Imperial Forces on that island, and to release Allied prisoners of war and civilian internees.
In keeping with the provisions of the Yalta Conference you will re-establish civilians rule and return the colony to the Dutch Administration, when it is in a position to maintain services.
The main landing will be by the British Indian Army 5th Division, who have shown themselves to be most reliable since the battle of El Alamein.(3)
Intelligence reports indicate that the landing should be at Surabaya, a location which affords a deep anchorage and repair facilities.
As you are no doubt aware, the local natives have declared a Republic, but we are bound to maintain the status quo which existed before the Japanese Invasion.
I wish you God speed and a sucessful campaign.

(signed)
Mountbatten
Vice Admiral.
Supreme Commander S.E.Asia.

Kalimat:
“In keeping with the provisions of the Yalta Conference you will re-establish civilians rule and return the colony to the Dutch Administration, when it is in a position to maintain services.”
dan kalimat berikutnya:
“……the local natives have declared a Republic, but we are bound to maintain the status quo which existed before the Japanese Invasion.”

menyatakan secara jelas dan gamblang maksud Inggris untuk
“…..mengembalikan koloni (Indonesia) kepada Administrasi Belanda…”
dan
“………mempertahankan status quo yang ada sebelum invasi Jepang.”

Setelah perang di Eropa usai dengan menyerahnya Jerman pada 8 Mei 1945, fokus kekuatan tempur tentara Sekutu dialihkan ke Perang Pasifik untuk menghadapi Jepang. Walau pun tanggal 11 Februari 1945 di Yalta telah disepakati ikutsertanya Uni Sovyet dalam perang melawan Jepang, namun Amerika Serikat berusaha mencegah terulangnya pemberian konsesi kepada Uni Sovyet seperti di Eropa, di mana mereka praktis membagi Eropa dan Jerman menjadi dua bagian, yaitu Eropa Barat dan Berlin Barat di bawah pengaruh kapitalisme Barat dan Eropa Timur serta Berlin Timur, di bawah pengaruh komunis Uni Sovyet. Pasukan Uni Sovyet telah memasuki Korea bagian utara dan bersiap-siap untuk memulai menyerang Jepang dari arah utara.
Untuk mempercepat penguasaan Sekutu atas Jepang, pada bulan Juli 1945 di Potsdam, Jerman, dicapai kesepakatan antara Amerika Serikat dan Inggris, bahwa MacArthur harus secepatnya mengerahkan pasukannya menuju Jepang dan menyerahkan komando atas wilayah India Belanda kepada Komando Asia Tenggara di bawah Vice Admiral Lord Louis Mountbatten. Maka pada tanggal 15 Agustus 1945, wewenang atas Jawa, Bali, Lombok, Kalimantan dan Sulawesi diserahkan oleh MacArthur kepada Mountbatten. Banyak orang berpendapat, bahwa nasib Indonesia akan berbeda apabila yang masuk ke Indonesia adalah tentara Amerika, dan bukan tentara Inggris.
Mengenai penambahan tugas yang diberikan secara mendadak kepadanya, Mountbatten menulis:
“Having taken over the NEI (Netherlands East Indies – pen.) from the South-West Pacific Area without any intelligence reports, I had been given no hint of the political situation which had arisen in Java. It was known of course, that an Indonesian Movement had been in existence before the war; and that it had been supported by prominent intellectuals, some of whom had suffered banishment for their participation in nationalist propaganda –but no information had been made available to me as to the fate of this movement under the Japanese occupation.
Dr. H.J. van Mook, Lieut.-Governor-General of the NEI who had come to Kandy on 1st September, had given me no reason to suppose that the reoccupation of Java would present any operational problem beyond the of rounding up the Japanese.”
Van Mook dan pimpinan Belanda lain selalu menyatakan kepada pimpinan militer Inggris, bahwa pengambil-alihan Indonesia tidak memerlukan kekuatan militer. Kemungkinan karena percaya akan keterangan van Mook tersebut, maka Mountbatten mengirim salah satu stafnya, Mayor Jenderal A.W.S. Mallaby, yang adalah seorang perwira administrasi, yang belum pernah memimpin pasukan tempur. Untuk dapat memimpin satu Brigade tempur, ia rela pangkatnya turun menjadi Brigadir Jenderal. Adalah suatu kebanggaan bagi seorang perwira, apabila dapat menjadi komandan pasukan tempur.
Catatan Admiral Lord Mountbatten tersebut menunjukkan dengan jelas, bahwa informasi yang diberikan oleh van Mook kepada Mountbatten salah dan menyesatkan, sehingga berakibat sangat fatal, bukan saja bagi rakyat Indonesia, namun juga bagi tentara Inggris, sebagaimana kemudian dialami oleh Brigade 49 di Surabaya bulan Oktober 1945, yang mengalami kehancuran total dalam pertempuran dahsyat di Surabaya pada 28-29 Oktober 1945, dan juga kemudian mengakibatkan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby, perwira tinggi Inggris pertama yang tewas dalam perang.
Secara resmi, sebenarnya tugas pokok yang diberikan oleh pimpinan Allied Forces kepada Mountbatten adalah:
1. Melucuti tentara Jepang serta mengatur pemulangan kembali ke negaranya (The disarmament and removal of the Japanese Imperial Forces),
2. membebaskan para tawanan serta interniran Sekutu yang ditahan oleh Jepang di Asia Tenggara (RAPWI - Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees), termasuk di Indonesia, serta
3. menciptakan keamanan dan ketertiban (Establishment of law and order).

Namun di kemudian hari, ternyata ada hidden agenda (agenda rahasia) yang dilakukan oleh tentara Inggris -dengan mengatasnamakan Sekutu- yaitu mengembalikan Indonesia sebagai jajahan kepada Belanda, sebagaimana tertera secara gamblang dalam surat perintah Mountbatten tertanggal 2 September 1945 kepada komandan-komandan Divisi, sehari setelah kunjungan van Mook di markas Besar Tentara Sekutu di Kandy, Sri Lanka.
Pada waktu itu, para pemimpin Indonesia belum mengetahui adanya hasil keputusan konferensi Yalta yang sehubungan dengan Asia, yaitu mengembalikan situasi kepada status quo, seperti sebelum invasi Jepang tahun 1941. Juga belum diketahui adanya perjanjian bilateral antara Belanda dan Inggris di Chequers pada 24 Agustus 1945, mengenai komitmen bantuan Inggris kepada Belanda. Selain itu, pernyataan kontroversial yang dikeluarkan oleh Jenderal Sir Philip Christison di Singapura sebelum berangkat ke Jakarta, bahwa Tentara Sekutu hanya akan menjalankan tugas-tugas kemiliteran, telah membesarkan hati pimpinan Republik Indonesia. Mungkin pada waktu itu pernyataan tersebut tulus disampaikannya, namun dengan demikian boleh dikatakan, bahwa para pemimpin Republik Indonesia waktu itu terkecoh oleh siasat Inggris dan Belanda.
Jalan sejarah mungkin akan menjadi lain, apabila waktu itu telah diketahui isi surat Mountbatten kepada komandan-komandan pasukan, terutama apabila pimpinan Republik Indonesia telah mengetahui adanya kesepakatan Inggris dengan Belanda di Chequers tanggal 24 Agustus 1945. Apabila hal-hal tersebut telah diketahui pada waktu itu, dapat dipastikan bahwa para pimpinan Republik –terutama dari garis keras- tidak akan menerima perdaratan tentara Sekutu, yang di banyak tempat ternyata membawa perwira dan serdadu Belanda dengan berkedok RAPWI. Paling sedikit, perlawanan bersenjata telah dimulai di seluruh Indonesia sejak September 1945, dan tidak pada akhir bulan Oktober/awal November, di mana tiga divisi Inggris -British-Indian Divisions- dengan persenjataan lengkap dan moderen telah mendarat di Jawa dan Sumatera, dan dua Divisi Australia dapat sepenuhnya menguasai seluruh wilayah Indonesia bagian timur, yaitu dari mulai Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan seterusnya ke timur.
Jumlah tentara Jepang yang harus dilucuti dan ditahan di Sumatera, Jawa, Sunda Kecil, Kalimantan, Papua Barat dll. mencapai lebih dari 300.000 orang. Setelah dilucuti, mereka juga akan dipulangkan kembali ke Jepang. Selain itu masih terdapat lebih dari 100.000 tawanan dan interniran Sekutu yang harus dibebaskan dari tahanan Jepang dan juga akan dipulangkan ke negara masing-masing. Semula, Mountbatten memperkirakan akan diperlukan 6 Divisi untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut, namun kenyataannya, Inggris hanya dapat menyiapkan 3 Divisi, itupun dengan keterlambatan, sehingga ketika mereka tiba di bekas India Belanda, boleh dikatakan hampir seluruh tentara Jepang telah dilucuti oleh pihak Republik Indonesia, yang kemudian menguasai persenjataan tersebut, seperti yang terjadi di Surabaya.
Untuk pelaksanaan tugas tersebut, Mountbatten membentuk Allied Forces in the Netherlands East Indies (AFNEI) –Tentara Sekutu di Hindia Belanda; dan jabatan Komandan AFNEI, semula dijabat oleh Rear Admiral Sir Wilfred Patterson, kemudian digantikan oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christison, Panglima Tentara ke 15 Inggris, yang juga seorang bangsawan Inggris. Christison sendiri baru tiba di Jakarta tanggal 30 September 1945. Pasukan yang akan ditugaskan dari British-Indian Divisions, adalah Divisi 5 di bawah Mayor Jenderal Robert C. Mansergh untuk Jawa Timur, Divisi 23 di bawah Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk Jawa Barat dan Jawa Tengah, sedangkan Divisi 26 di bawah Mayor Jenderal H.M. Chambers untuk Sumatera.

“Jasa” Australia kepada Belanda tahun 1945/1946.
Untuk pelaksanaan tugasnya, Mountbatten kemudian mendapat bantuan dua Divisi Australia di bawah Letnan Jenderal Sir Leslie J. Morsehead, yang karena kekejamannya mendapat julukan “Ming the merciless” (Ming yang tak kenal ampun). Kedua Divisi Australia tersebut ditugaskan untuk menduduki kota-kota penting di Kalimantan dan wilayah Indonesia Timur lainnya.
Ketika Perang Dunia II pecah, Morsehead ditugaskan di Afrika sebagai komandan Brigade AIF 18, dan pada tahun 1941, dia menjadi Panglima Divisi 9. Tahun 1944 Morsehead diangkat menjadi Panglima Tentara Australia 1 (1st Australian Corps), yang membawahi Papua sampai Kalimantan.
Jenderal MacArthur menugaskan Morsehead untuk menyerbu pertahanan Jepang di Kalimantan, dan kemudian membantu Belanda untuk memperoleh Indonesia kembali sebagai jajahan, sesuai dengan janjinya kepada van Mook dalam pertemuan di pulau Tacloban, Filipina pada 10 Desember 1944. Dengan nama sandi Oboe 1, penyerangan atas Kalimantan dimulai dengan penyerbuan pasukan Brigade 26 pada 1 Mei 1945 atas Pulau Tarakan. Pada 6 Mei kota Tarakan dan bandaranya jatuh ke tangan tentara Australia, dan pada 22 Juni perlawanan tentara Jepang di seluruh Pulau Tarakan berakhir.
Pada 1 Juli 1945, Divisi 7 tentara Australia mendarat di Balikpapan. Pendaratan ini merupakan pendaratan pasukan amphibi terbesar dan terakhir yang dilakukan oleh tentara Australia pada Perang Dunia II. Sasaran utamanya adalah menguasai ladang-ladang minyak yang sangat dibutuhkan untuk keperluan perang tentara Sekutu.
Pada 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mengumumkan penghentian tembak-menembak secara sepihak. Namun dokumen menyerah tanpa syarat Jepang kepada Sekutu baru ditandatangani tanggal 2 September 1945 di atas kapal Missouri di Tokyo Bay. Jadi antara tanggal 15 agustus 1945 sampai 2 September 1945,di seluruh wilayah bekas pendudukan Jepang terdapat vacuum of power (kekosongan kewenangan). Di masa vacuum of power tersebut, para pemimpin bangsa Indonesia pada 17 agustus 1945 menyatakan kemerdekaan bangsa Indonesia, dan pada 18 Agustus, Ir. Sukarno dan Drs. M. Hatta diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Sukarno-Hatta kemudian membentuk Kabinet Pemerintah RI pertama.
Dengan demikian tiga syarat pembentukan suatu negara telah terpenuhi, yaitu:
1. adanya wilayah,
2. adanya penduduk,
3. adanya pemerintahan

Pembentukan negara Republik Indonesia ini juga sejalan dengan butir tiga dari Atlantic Charter, yang dicetuskan oleh Presiden Amerika Serikat F.D. Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris winston Churchill, yaitu: “Right for selfdetermination of peoples (haka bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri)”.
Pernyataan kemerdekaan ini bukan merupakan pemberontakan terhadap Pemerintah Belanda atau India Belanda, karena pada 2 Maret 1942, Pemerintah India Belanda telah menyerah kepada Jepang, dan pada 2 Maret 1942 di kalijati, Letnan Jenderal ter Poorten, Panglima Tertinggi Tentara Belanda di India Belanda, mewakili Gugbernur Jenderal Jonkheer Tjarda van Stachenborg-Stachouwer, telah menandatangani dokumen menyerah tanpa syarat kepada Jepang, dan menyerahkan seluruh wilayah India Belanda kepada Jepang.
Juga bukan pemberontakan terhadapa Jepang, karena Je[pang telah menyatakan menyerah kepada Sekutu pada 15 agustus 1945.
Belanda ynag “merasa” masih memiliki Indonesia sebagai jajahan, berusaha untuk berkuasa kembali di Indonesia, yang telah menyatakan kemerdekaannya. Dalam upaya untuk kembali menjadi penguasa di Indonesia, Belanda melobi –dan berhasil- Pemerintah Inggris, yang kemudian menghasilkan Civil Affairs Agreement (CAA). Pemerintah Inggris memerintahkan militernya untuk melaksanakan perjanjian tersebut dan “menyelipkan hidden agenda (agenda rahasia)” ini dalam tugas Allied Forces (Tentara Sekutu). Untuk pelaksanaan hidden agenda tersebut, 3 divisi tentara Inggris dibantu oleh 2 divisi tentara Australia di bawah pimpinan Letnan Jenderal Leslie “Ming the merciless” Morshead.
Pimpinan militer Inggris tidak dapat segera mengirimkan divisi-divisi yang telah ditentukan. Karena belum dapat memberangkatkan pasukan ke Jawa. Tanggal 8 September 1945, Inggris menerjunkan beberapa perwira marinir dengan parasut di bawah pimpinan Mayor Alan G. Greenhalgh di Jakarta. Pada hari itu, Kapten Nakamura memberikan informasi kepada Letnan Kolonel van der Post, bahwa 4 orang parasutis telah mendarat di bandar udara Kemayoran dan langsung dibawa ke Hotel des Indes. Selain Mayor Greenhalgh, ada seorang perwira Belanda, Letnan Mr. S. J. Baron van Tuyll van Seroskerken, dua orang prajurit Inggris dan tiga orang prajurit Belanda. Mereka adalah staf komunikasi yang membawa peralatan baru yang canggih untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Peralatan tersebut segera dipasang di markas Letkol van der Post. Pada petang hari itu juga telah terjalin kontak langsung dengan Markas Besar Tentara Sekutu Komando Asia Tenggara di Kandy, Sri Langka.
Mayor Alan Greenhalgh dan Letnan Mr. S. J. Baron van Tuyll van Seroskerken mewakili suatu organisasi yang baru dibentuk, dengan nama lengkapnya adalah The Combined Services Organization for the Relief of all Prisoners-of-War and Civilian Internees. Di seluruh Asia Tenggara, organisasi ini kemudian dikenal sebagaiRecovery of Allied Prisoners of War and Internees - RAPWI.
Tanggal 15 September 1945, Rear Admiral Sir Wilfred R. Patterson dengan kapal perang H.M.S. Cumberland berlabuh di Jakarta. Petinggi Belanda yang ikut bersama Patterson di kapal tersebut adalah van der Plas, mantan Gubernur Jawa Timur sewaktu pemerintahan India Belanda, yang kini mewakili NICA dan sejumlah orang Belanda, yang merupakan pejabat tinggi Civil Affairs. Letkol van der Post, Mayor Greenhalgh dan Letnan van Tuyll segera ke pelabuhan untuk menemui mereka di atas kapal.
Yang pertama dilakukan oleh van der Post adalah menyampaikan laporan yang telah disiapkannya –terutama mengenai perkembangan di Indonesia sejak Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945- kepada Admiral Patterson, dengan diiringi permohonan agar laporan tertulis tersebut dibaca, sebelum dia (van der Post) memberikan laporan (lisan) dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Patterson terlihat sangat terkejut membaca laporan tertulis dari van der Post tersebut, sedangkan orang-orang Belanda tidak percaya dengan hal-hal yang disampaikan oleh van der Post. Mengenai hal ini, dalam laporannya kemudian hari, van der Post menulis:
“ My intelligence report astonished even the Admiral, but the Dutch contingent of high ranking civil affairs officers and representatives of other services were filled with disbelief. I in my turn was astonished that their ignorance of what had happening in Java, not just since their capitulation but over the past three weeks, was even greater than I in my most extreme anxieties had presupposed from listening to their radios…
… for the moment Mr. van der Plas suppressed his eagerness to go ashore and hoist the Dutch flag over the government buildings in Batavia…”

Memang tidak bisa diharapkan, bahwa orang-orang Belanda itu bangun dari mimpi panjang selama tiga setengah tahun, dan “Tuan Besar” van der Plas merasa sangat wajar untuk mengibarkan kembali bendera si tiga warna, dan sudah barang tentu dia ingin memangku jabatannya kembali sebagai Gubernur Jawa Timur. Rencana pengibaran bendera itu tentu saja ditentang oleh van der Post. Admiral Patterson kemudian mengangkat Letnan Kolonel Laurens van der Post menjadi Gubernur Militer AFNEI untuk Batavia (Jakarta). Pada hari-hari berikutnya, dengan pesawat terbang dari Singapura, datang sejumlah perwira Belanda di bawah pimpinan Kolonel Ir. D.L. Asjes, yang akan diperbantukan ke pusat RAPWI.
Pada 18 September 1945, beberapa staf RAPWI diterjunkan dengan payung di Gunungsari, Surabaya. Mereka ditugaskan untuk berhubungan dengan para interniran Belanda dan Sekutu. Oleh Jepang, tim RAPWI ditempatkan di Hotel Yamato (Oranje), di Tunjungan, tanpa persetujuan pimpinan Republik Indonesia.
Pendaratan satu batalyon Seaforth Highlanders (Batalyon Seaforth Highlanders termasuk resimen yang lebih dari 200 tahun lalu, telah mengharumkan namanya dalam operasi melawan Perancis dan Perancis- Belanda di Jawa di masa kepemimpinan Thomas Stamford Raffles) dari Divisi 23 tentara Inggris di Jakarta, baru dilakukan pada 30 September 1945, 43 (!) hari setelah pernyataan kemerdekaan Republik Indonesia. Berangsur-angsur Inggris mengirim pasukan dari Divisi 23 ke Bogor, Bandung dan Semarang. Letnan Jenderal Sir Philip Christison, yang sebelumnya adalah Panglima tentara Inggris di Arakan, Birma, tiba di Jakarta pada 30 September 1945, dengan pesawat pembom Mitchell. Sir Philip Christison, Panglima the 15 British Army Corps, memulai karir militernya sebagai dokter tentara, semasa Perang Dunia I. Christison yang oleh teman-teman akrabnya dipanggil “Christie”, diangkat menjadi Panglima AFNEI (Allied Forces in the Netherlands East Indies) pada 27 September 1945.
Setelah memperoleh informasi dari perwira-perwira Inggris yang berada di Jakarta, Lord Mountbatten mengemukakan kebijakan baru yang akan dilakukannya di Indonesia, yaitu:
“Gagasan kami satu-satunya adalah membuat Belanda dan Indonesia saling berciuman dan kemudian mengundurkan diri.”

Kebijakan ini jelas sangat berbeda dengan surat perintah yang telah dikeluarkannya pada 2 September 1945, sehari setelah kedatangan van Mook dan van der Plas di Markas Besarnya di Kandy, Sri Lanka. Nampaknya sejalan dengan kebijakan baru dari Mountbatten tersebut, sebelum berangkat ke Jakarta, di Singapura Letnan Jenderal Christison membuat pernyataan di muka pers yang kemudian menjadi sangat kontroversial. Anderson mencatat:
…..Christison mengatakan, bahwa Inggris mempunyai tiga tujuan di Indonesia:
- untuk melindungi dan mengungsikan tawanan-tawanan perang Sekutu dan tawanan-tawanan lainnya;
- melucuti dan mengembalikan Jepang, dan
- memelihara hukum dan ketertiban.
Angkatan Darat Jepang ke 16 akan bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri di daerah-daerah yang tidak diduduki Sekutu, sampai
“pengaturan-pengaturan tercapai bagi pejabat-pejabat setempat untuk mengambilalihnya. Kemudian Jepang akan dilucuti …
…Inggris tidak mempunyai maksud untuk mencampuri urusan-urusan dalam negeri, melainkan hanya untuk menjamin hukum dan ketertiban.”
Christison juga meminta kepada pemimpin-pemimpin Indonesia supaya memperlakukan dia dan pasukannya sebagai tamu-tamu. Selanjutnya dia juga mengatakan: “Pasukan Inggris tidak akan bergerak di luar daerah-daerah pendudukan yang telah ditetapkan, yaitu Batavia (Jakarta), Surabaya, Medan dan Padang, untuk maksud apapun……

Tentu pernyataan ini –yang membesarkan hati pimpinan Republik Indonesia-menggoncangkan para petinggi Belanda, baik yang di negeri Belanda, maupun yang telah berada di Indonesia karena mereka menilai, dengan pernyataan Christison tersebut, Inggris bermaksud tidak akan memenuhi perjanjian Chequers dan hasil keputusan Konferensi Yalta serta Deklarasi Potsdam, mengenai pengembalian situasi kepada status quo di Asia, seperti sebelum invasi Jepang tahun 1942. Reaksi keras dari Pemerintah Belanda membuat Pemerintah Inggris mengeluarkan pernyataan, bahwa Inggris tidak bermaksud untuk keluar dari perjanjian –Civil Affairs Agreement- yang telah ditandatangani di Chequers tanggal 24 Agustus 1945.
Atas desakan pihak Belanda, Inggris menyerahkan wewenang atas Kalimantan serta kepulauan lain di bagian timur Indonesia -kecuali Bali dan Lombok- kepada tentara Australia (Meelhuijsen, 2000, hlm. 31).
Mengenai sepak-terjang tentara Australia dalam membantu Belanda “membersihkan” wilayah timur Indonesia, Anthony Reid mencatat (5):
“Tentara Australia ini sebelumnya termasuk Komando Wilayah Pasifik Baratdaya yang kemudian dibubarkan, dengan tugas baru yang diberikan kepada Letnan Jenderal MacArthur. Kini mereka diberi wewenang atas Kalimantan, Sulawesi, dan semua pulau di bagian Timur, kecuali Bali dan Lombok. Mereka mempunyai kekuatan pasukan yang besar di Borneo Inggris, Kalimantan, Irian dan markas besar mereka di Morotai. Dengan demikian, mereka dapat bergerak lebih cepat daripada tentara Inggris. Pendaratan tentara Australia,
- di Kupang tanggal 11 September 1945,
- di Banjarmasin tanggal 17 September,
- di Makasar tanggal 21 September,
- di Ambon tanggal 22 September,
- di Manado tanggal 2 Oktober,
- di Pontianak tanggal 16 Oktober.

Pasukan Australia datang bersama kesatuan-kesatuan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) di sebagian besar kota-kota itu sebelum adanya suatu gerakan Republik yang terorganisasi dengan baik. Oleh karena itu, mereka relatif tidak banyak menghadapi kesulitan untuk melaksanakan rencana semula guna mempersiapkan pengambilalihan pemerintahan oleh pihak Belanda.”

Perlawanan hebat mereka hadapi terus di Sulawesi Selatan. Belanda masuk kembali ke Sulawesi Selatan dengan membonceng tentara Australia pada pertengahan bulan September 1945. Pada bulan Oktober 1945 Belanda dapat membentuk kembali KNIL yang terdiri dari beberapa ratus orang tentara.
Sementara itu, pada bulan Juni/Juli 12946, timbul konflik internal Republik Indonesia, dan Belanda memanfaatkan situasi ini dengan memperkuat posisi mereka di daerah-daerah di luar Jawa dan Sumatera, yang telah “dibersihkan” oleh tentara Australia. Pada 2 Maret 1946, Belanda mendaratkan sekitar 2.000 tentara di Bali.
Pada 3 Juli 1946, terjadi peristiwa ini kemudian dikenal sebagai “Kudeta 3 Juli”, di mana ratusan tokoh oposisi Indonesia ditangkap dan dimasukkan ke penjara.
Tentara Pendudukan Sekutu dan Belanda nampaknya memanfaatkan kemelut internal Republik dan melakukan langkah yang sangat merugikan posisi Republik. Pada 13 Juli 1946 secara resmi pimpinan tentara Australia “menyerahkan” wewenang pemerintahan atas Kalimantan, Sulawesi serta daerah-daerah lain di luar Jawa dan Sumatera kepada NICA (Netherlands Indies Civil Administration).
Belanda tidak berlama-lama menunggu, dan pada 15 – 25 Juli 1946, van Mook menggelar “Konferensi Malino” di sebelah utara Makassar, yang dihadiri oleh 39 orang “wakil-wakil” dari Indonesia Timur Indonesia pilihan mereka. Dengan demikian Belanda dapat lebih leluasa menyusun strategi untuk membangun kekuasaannya di daerah-daerah di luar pulau Jawa dan Sumatera.
Setelah menerima “pelimpahan” kekuasaan pemerintahan dari tentara Australia, tentara Belanda mengadakan pembersihan terhadap pendukung Republik. Raja-Raja atau tokoh masyarakat yang berpihak ke Republik ditangkap atau disingkirkan. Dr. Sam Ratu Langie, yang oleh Pemerintah Republik Indonesia diangkat menjadi Gubernur Sulawesi pertama, ditangkap dan kemudian dibuang ke Serui, Papua Barat dan baru dibebaskan bulan Maret 1948. Para pendukung Republik, seperti Datu Luwu dan Arumpone dari Bone juga dibuang, bahkan Datu Suppa dibunuh.
Para pemuda pendukung Republik membentuk berbagai laskar dan pasukan. Salah seorang pemuda Sulawesi, Robert Wolter Mongisidi, kelahiran Mamalayang, Manado 14 Februari 1925, bergabung dengan Laskar Pemberontak Rakyat Sulawesi Selatan (LAPRIS) dan pada 27 Oktober 1945 memimpin serangan terhadap pos tentara Belanda di Makassar. Sejak itu Mongisidi terus mengadakan perlawanan, hingga tertangkapnya pada 28 Februari 1947, dan –di tengah-tengah perundingan Konferensi Meja Bunda di Den Haag, Belanda- dieksekusi pada bulan September 1949.
Belanda terus memperkuat tentaranya di Indonesia hingga mencapai sekitar 80.000 orang, dengan persenjataan yang jauh lebih hebat dan moderen, dibandingkan dengan yang dimiliki oleh tentara Indonesia, sehingga ketika Inggris menarik seluruh tentaranya dari Jawa dan Sumatera pada 30 November 1946, tentara Inggris dan Australia telah diganti oleh tentara Belanda dengan kekuatan yang sama. Suatu kerjasama yang sempurna, sesuai hasil Konferensi Yalta, Deklarasi Potsdam dan perjanjian Chequers.
Demikian “jasa” Australia dan Inggris dalam membantu Belanda menduduki wilayah-wilayah tersebut, karena pada waktu itu Belanda belum memiliki satuan bersenjata yang terorganisir; yang ada hanya bekas tawanan Jepang yang kondisi fisiknya belum mampu untuk bertempur.
Politik Australia terhadap Republik Indonesia baru berubah tahun 1948, setelah terlihat nyata, bahwa Belanda tidak mampu mempertahankan Indonesia sebagai jajahan. Australia memperhitungkan, bahwa apabila mereka meneruskan dukungan terhadap Belanda, dan kemudian ternyata Indonesia dapat menjadi negara besar yang merdeka dan berdaulat, Australia akan mendapat kesulitan menjalin hubungan bertetangga yang baik. Berdasarkan pertimbangan inilah maka terjadi perubahan sikap Australia. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa apabila Australia sejak semula tidak mendukung Belanda, Belanda tidak dapat menguasai seluruh wilayah Indonesia Timur, dan tak perlu terjadi pembantaian puluhan ribu rakyat Indonesia, terutama di Sulawesi Selatan.



---------------------------------------------------
Catatan:
1. NEFIS didirikan pada bulan April 1943 di Australia. Pada 1944 dikembangkan menjadi satu Direktorat dengan enam Seksi dan lima Dinas di mana bertugas sekitar 200 orang militer KNIL Simon H. Spoor pada Februari 1945 naik pangkat menjadi Kolonel. NEFIS mulai beroperasi di Batavia/Jakarta sejak bulan Oktober 1945.
2. Ini menurut Willy Meelhuijsen, namun menurut Laurens van der Post CAA antara Belanda dengan Amerika Serikat ditandatangani di Brisbane, Australia.
3. Pertempuran di El Alamein, Afrika Utara pada Juni–Juli 1942 dan kemudian 23 Oktober – 6 November 1942 di mana akhirnya tentara Inggris di bawah Jenderal Bernard Law Montgommery berhasil memukul mundur pasukan Jerman di bawah pimpinan perwira legendaris Marsekal Erwin Rommel ke Libya..
4. J.G.A. Parrot, Who Killed Brigadier Mallaby? Dalam majalah “Indonesia”, Cornell University, USA, Juli 1976, hlm. 91.
5. Anthony J.S. Reid, Revolusi Nasional Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996, hlm. 76 – 77.

====================================
Sebagian dari tulisan ini merupakan cuplikan dari buku Batara R. Hutagalung, “10 November 1945. Mengapa Inggris Membom Surabaya?”, 482 halaman, penerbit Millenium Publisher, Oktober 2001.

dikutip : http://www.tni-au.mil.id/forum/tm.asp?m=12410&mpage=1&key=